Senin, 25 Maret 2013

faktor yang mempengaruhi perkembangan

Diposting oleh Rozaliha di 02.48

PENDAHULUAN
            Perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemaksaan, dan belajar.
            Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk atau tahap ke bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.
            Perkembangan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor. Secara garis besarnya, faktor-fakrtor tersebut dibedakan atas dua faktor yaitu faktor Hereditas dan faktor Lingkungan.
 
PEMBAHASAN
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti setruktur tubuh, warna kulit dan bentuk rambut) dan pshikis atau sifat-sifat mental (seperti emosi, kecerdasan dan bakat).
Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu yang bersikap bawaan dan memiliki potensi utuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan inividu itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung pada perkembangan hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya. Lingkungan (environment) merupakan faktor penting di samping hereditas yang menentukan perkembangan individu.
A.    FAKTOR HEREDITAS
Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai “totalitas” karakteristik individu yang diwariskan orangtua pada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimilki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen.
Setiap individu memulai kehidupannya sebagai organisme yang bersel tunggal yang bentuknya sangat kecil, garis tengahnya kurang lebih 1 atau 200 inci (1 atau 80 cm). Sel ini merupakan perpaduan antara sel telur (ovum) yang berasal dari ibu dengan sperma (spermatozoid) yang berasal dari ayah. Di dalam rahim, sel benih ini (yang telah dibuahi) terus bertambah besar dengan jalan pembelahan sel menjadi organisme yang bersel dua, empat, delapan, dan seterusnya sehingga setelah kurang lebih sembilan bulan menjadi organisme yang sempurna.
Setiap sel tersebut memiliki inti sel (nukleus) yang sangat kecil inti sel benih berlainan dengan sel yang lainnya (sel badan). Sel-sel badan mempunyai unsur menggerakan otot, menghubungkan saraf, menahan keseimabangan dan sebagainya. Sedangkan sel benih mempunyai fungsi yang istimewa dan khusus, yaitu fungsi pertumbuhan (pembentukan organisme baru). Hanya sel-sel benih yaang menentukan penurunan sifat, sel-sel lain tidak menentukkan sifat.
Setiap sel benih mempunyai 48 kromosom (cromosom), yaitu benda seperti benang gen-gen (unsur-unsur keturunan atau faktor-faktor dasar dalam pembawaan). Gen-gen inilah yang akan menentukkan sifat-sifat individu, baik fisik maupun psikisnya. Jumlah gen-gen dalam satu sel telur yang telah dibuahi sebanyak 10.000-15.000. (Yusuf, 2004: 31-32).

Genes Sebagai Pembawa Sifat Hereditas
Seperti telah dikatakan, setiap kromosom terdiri dari rangkaian butir-butir yang menyerupai merjan. Genes inilah yang merupakan unsur-unsur pembawa sifat hereditas. Jadi, apakah seorang anak akan mempunyai kulit hitam atau kuning, rambut keriting atau kejur, perawakan tinggi atau pendek, cerdas atau kurang cerdas, periang atau pemurung ditentukkan oleh sifat-sifat yang ada pada genes ini. Penyelidikan dalam ilmu genetika telah berhasil mengetahui lokalisasi dari genes-genes tertentu pada kromosom tertentu. Diperkirakan bahwa alam setiap kromosom manusia terdapat sekitar 3000 genes. Seperti halnya dengan kromosom, genes-genes inipun dalam pasangan-pasangan, sebuah berasal dari ibu dan sebuah berasal dari ayah karena kombinasi dari genes ini pada waktu konsepsi terjadi secara kebetulan, maka dapatlah dimengerti mangapa sifat-sifat dasar anak - anak dari orangtua yang sama tidak pernah sama, kecuali kalau mereka merupakan anak kembar yang berasal dari sel telur. Begitu juga demikian nucleus ovum dan nucleus spermatozoid bersatu pada waktu konsepsi (yang berarti pula bersatunya genes dari pihak ayah dan genes dari pihak ibu menurut suatu cara tertentu), maka sifat-sifat anak lahir ataupun batin, telah ditentukkan. Jika hal ini sudah terjadi, maka tak ada kekuatan yang bisa mengubahnya. (Patty, 1982: 57-58)

B.     FAKTOR LINGKUNGAN
Yang dimaksud lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi individu di dalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik seperti orangtuanya, rumahnya, kawan-kawan yang bermain, masyarakat sekitarnya maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti misalnya perasaan-perasaan yang dialaminya, cita-citanya, persoalan-persoalan yang dihadapinya dan sebagainya. Sejak lahir, malahan sejak dalam kandungan, seorang individu selalu dipengaruhi oleh lingkungannya. (Patty, 1982: 58)
1.      Lingkungan Keluarga
a.       Pengertian keluarga
Dalam nada yang sama, Sudardja Adiwikarta (1998: 66-67) dan Sigelman dan Shaffer (1995: 390-391) berpendapat bahwa “keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia (universet) atau suatu sistem sosial yang terpancang (terbentuk) dalam sistem sosial yang lebih besar”. Bentuk atau pola keluarga, yaitu:
1). Keluarga batin, inti (nuclear family), yang terdiri atas suami atau ayah, istri atau ibu, dan anak-anak yang lahir dari pernikahan antara keduanya dan yang belum berkeluarga (termasuk anak tiri jika ada).
2). Keluarga luas (extended family), yang keanggotaannya tidak hanya meliputi suami, istri dan anak-anak yang belum berkeluarga, tetapi juga termasuk kerabat lain yang biasanya tinggal dalam sebuah rumah tangga bersama, seperti mertua (orangtua suami atau istri), adik, kakak ipar atau lainnya, bahkan mungkin pembantu rumah tangga atau orang lain yang tinggal menumpang.

b.      Peranan dan fungsi keluarga
Keluarga memiilki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. (Yusuf, 2004: 35-37)
2.      Lingkungan sekolah
      Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perttumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak karena di 100 sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukkan pola pikir serta kepribadian anak. (Fauzi, 2004: 105).

3.      Lingkungan kebudayaan
      Latar belakang budaya suatu bangsa sedikit banya juga mempengaruhi perkembangan seesorang, misalnya latar belakang budaya desa, keadaan jiwanya masih murni, masih yakin akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan, akan terlihat lebh tenang karena jiwanya masih berada alam lingkungan kultur, kebudayaan bangsa sendiri yang mengandung petunjuk-petunjuk dan falsafah yang diramu dari pandangan hidup keagamaan. Lain halnya dengan sesorang yang hidup dalam kebudayaan kota yang sudah dipengaruhi oleh kebudayaan asing. (Desmita, 2011: 31)
C.     ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
1.      Nativisme
      Nativisme (nativism) adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Scopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran filsafat nativisme konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Mengapa demikian? Karena para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut Pesimisme Paedagogis.
2.      Empirisme
      Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme (empirism) dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Doktrin aliran empirisme yang amat masyur adalah tabula rasa sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pada pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Dalam arti, perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.

3.      Konvergensi
      Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.
      Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, Stern dan para ahli yang mengikutinya tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman dan juga tidak berpegang pada pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor tersebut yang sama pentingnya. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor bakat pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
      Para penganut aliran konvergensi berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan memiliki andil sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang siswa yang lahir dari keluarga santri atau kyai, umpamanya, kelak ia akan menjaadi ahli agama apabila ia dididik di lingkungan pendidikan keagamaan. (Fauzi, 2004: 108-111)


 
PENUTUP
            Simpulan
Faktor-fakor yang mempengaruhi perkembangan diantaranya faktor Hereditas dan faktor lingungan. Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai “totalitas” karakteristik individu yang diwariskan orangtua pada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimilki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen. Sedangkan yang dimaksud lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi individu di dalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik seperti orangtuanya, rumahnya, kawan-kawan yang bermain, masyarakat sekitarnya maupun dalam bentuk lingkungan psikologis.
Dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan terdapat beberapa aliran diantaranya aliran Nativisme, Empirisme dan Konvergensi. Menurut aliran Nativisme, aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Sedangkan menurut aliran Empirisme, perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya dan menurut aliran Konvergensi, aliran  ini gabungan antara aliran nativisme dengan empirisme yang menyebutkan bahwa faktor pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor bakat pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.

 

  
Daftar Pustaka

Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Fauzi, Ahmad. 2004. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Patty.F. 1982. Psikologi Umum. Surabaya. Usana Offset Printing.
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.                               

0 komentar on "faktor yang mempengaruhi perkembangan"

Posting Komentar


Got My Cursor @ 123Cursors.com
 

Rozaliha Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal