Kamis, 13 Agustus 2015

FILSAFAT PENDIDIKAN

Diposting oleh Rozaliha di 19.01 0 komentar


BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN
   A.    Pengertian Filsafat Pendidikan
Ada beberapa pengertian filsafat pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
1.      Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substansi pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya.
2.      Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan secara komprehensif dan kontemplatif tentang sumber seluk beluk pendidikan, fungsi, dan tujuan pendidikan.
3.      Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang mengkaji proses pendidikan dan teori-teori pendidikan.
4.      Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru dan anak didik dalam proses pembelajaran di kelas dan diluar kelas.
5.      Filsafat pendidikan mengkaji berbagai teori kependidikan, metode dan pendekatan dalam pendidikan.
6.      Filsafat pendidikan mengkaji strategi pembelajaran alternatif.
7.      Filsafat pendidikan mengkaji hakikat tentang kurikulum pendidikan.
8.      Filsafat pendidikan mengkaji hakikat evaluasi pendidikan dan evaluasi pembelajaran.
9.      Filsafat pendidikan mengkaji hakikat alat-alat dan media pendidikan.
Metode yang dipergunakan oleh filsafat pendidikan sebagai berikut:
1.      Ontologi pendidikan
2.      Epistemologi pendidikan
3.      Aksiologi pendidikan
4.      Filsafat pendidikan
   B.     Ruang lingkup filsafat pendidikan
1.      Pendidik. Yang dimaksud dengan pendidik ialah guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan siapa saja yang memfungsikan dirinya untuk mendidik.
2.      Murid atau anak didik. Anak didik secara filosofis merupakan obyek para pendidik dalam melakukan tindakan yang bersifat mendidik.
3.      Materi pendidikan. yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.
4.      Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya.
5.      Metode pendidikan, yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh dunia pendidikan pada saat menyampaikan materi pendidikan kepada anak didik.
6.      Evaluasi dan tujuan pendidikan. evaluasi sangat bergantung pada tujuan pendidikan.
7.      Alat-alat pendidikan dan lingkungan pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan untuk mendukung terlaksananya pendidikan.






  
BAB II
FILSAFAT PENDIDIKAN POSITIVISME
            Positivisme yang diperkenalkan oleh Augus Comte berpandangan bahwa pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta. Dengan demikian ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan. Filsafat kehidupan pun harus meneladani contoh itu. Olehkarena itu, positivisme menolak pemahaman metafisika dan mitos-mitos irasional. Positifisme selalu mempertanyakan “hakikat” benda-benda atau “penyebab yang sebenarnya”, yang bagi positivisme tidaklah mempunyai arti apa-apa. Ilmu pengetahuan menyelidiki fakta-fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Secara filososfis, semua ilmu pengetahuan yang beragam coraknya dikoordinasikan oleh filsafat. Tentu saja, maksud positivisme berkaitan erat dengan pemahaman empirisme. Positivisme mengutamakan pengalaman. Hanya berbeda dengan empirisme inggris yang menerima pengalaman batiniah atau subjektif sebagai sumber pengetahuan, positivisme tidak menerima sumber pengetahuan melalui pengalaman batiniah tersebut karena tidak faktual.
            Pandangan dan penemuan ilmiah manusia mengenai alam jagad raya ini telah mendorong lahirnya filsafat pendidikanberbasis positivisme. Pendidikan diarahkan pada suatu tujuan yang realistik. Pengembangan kurikulum ditekankan pada suatu proses penciptaan anak didik yang rasional dan empiris. Masyarakat harus menyadari sepenuhnya bahwa kehidupan tidak bergantung pada mitos dan berbagai legenda karena semua itu akan membuat masyarakat bodoh. Kehidupan bergantung pada melihat pengetahuan dengan memperdalam pendidikan yang empiris dan realistis. Pendidikan harus berbasis pada penelitian dan kebenaran yang pasti dan indriawi.



BAB III
FILSAFAT PENDIDIKAN EMPIRISME
            Penganut empirisisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan bagi manusia. Tanpa pengalaman, rasio tidak memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tertentu. Andaikan menggambarkan sedemikian rupa, tanpa pengalaman, hanyalah hayalan belaka.
            Sebagai penganut empirisme, Hobbes berpendapat bahwa pengenalan atau pengetahuan diperoleh karena pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian.
            Beberapa pandangan filusuf tentang pengalaman sebagai sumber pengetahuan, menggambarkan secara mendalam kepada kita bahwa sumber pertama pengetahuan adalah pengalaman. Dengan demikian, the experience is the best teacher, bukan pernyataan yang salah. Manusia yang belajar dari pengalamannya adalah manusia yang memahami bahwa masa depannya akan sangat bergantung pada kecerdasannya mengambil pelajaran atau hikmah di balik semua pengalamannya.
            Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang telah diketahui, dan apa yang diketahui manusia awalnya adalah dari pengalamannya sendiri. Pengalaman memiliki kualitas yang berbeda-beda, sebagaimana alat indrawi yang digunakanpun memiliki potensi yang berbeda. Melihat merupakan pengalaman yang lebih baik dibandingkan dengan mendengar karenaapayang kita dengar mudah dilupakan, sedangkan apayang dilihat akan kuat untuk diingat. Merasakan lebih baik dari padamelihat, dan mengerjakan sesuatu kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan hanya melihat dan merasakan.
            Filsafat pendidikan yang berbasis pada empiris telah menciptakan suatu aliran empirisme pendidikan yang berpandangan bahwa dasar-dasar pendidikan harus digali dari pengalaman manusia sehingga segalahal yang diberikan kepada manusia sesuai dengan perjalanan kehidupannya yang nyata. Pendidikan bukan pelajaran idelisme yang mengajarkan sesuatu yang “semu”, tanpa bukti yang pasti. Pengalaman manusia memiliki kebenaran yang pasti dan dapat dirasionalisasi sesuai dengan dayaingat pemilik pengalamannya masing-masing. Dengan pendidikan yang berbasis pada pengalaman, antara subjk dan objek, pendidikan akan terjadi saling memberi informasi karenapendidikan tidak akan dinamis apabila tidak ada duaunsur penting, yaitu memberi dan menerima.
 







BAB IV
EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
            Epistemologi adalah kata lain dari filsafat ilmu berasal dari bahasa latin episteme, berarti knowledge, yaitu pengetahuan dan logos, berarti theory. Jadi, epistemologi berarti “teori pengetahuan” atau teori tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau study tentang hakikat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia. Dalam filsafat, epistemologi merupakan cabang filsafat yang meneliti asal, struktur, metode-metode dan kesahihan pengetahuan.
            Epistemologi adalah analisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Dari mana dan bagaimana pengetahuan diperoleh, menjadi kajian epistemologis, sebagai conton bahwa semua pengetahuan berasal dari Tuhan (Innama al’ilmu min ‘indillah, la’ilmalana illa ma’alamtana), artinya Tuhan sebagai sumber pengetahuan.
            Dengan demikian, epistemoogi adalah filsafat yang mengkaji seluk beluk dan tata cara memperoleh suatu pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan, metode dan pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan logis dan rasional. Epistemologi memulai cara kerjanya dengan mengajukan pertanyaan, dari mana pengetahuan itu diperoleh? Bagaimana cara memperolehnya, dan mengapa pengetahuan yang diperoleh demikian adanya?
            Penjelasan tentang epistemologi ini berhu bungan langsung dengan epistemologi pendidikan. epistemologi pendidikan adalah filsafat tentang sumber-sumber pendidikan dan seluk beluk pendidikan. pertanyaan yang diajukan adalah dari mana sumber-sumber pendidikan yang menjadi landasan dilaksanakannya pendidikan? pertanyaan berikutnya adalah mengapa hal-hal yang dimaksud oleh dasar-dasar pendidikan menjadi landasan atau pijakan pendidikan.
            Pandangan Jalaludin menggambarkan bahwa epistemologi pendidikan (terutama pendidikan Islam) berdasarkan pada sumber-sumber yang diwahyukan Tuhan. Seluruh sumber pendidikan yang dimaksudkan dapat ditafsirkan dengan metodologi yang terus berkembang. Tujuan pengembangan pendidikan diarahkan pada pemberdayaan manusia sebagai makhluk yang multidimensional.
            Dengan akal budinya, kemampuan manusia dalam bersuara bisa berkembang menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi sehingga manusia disebut sebagai homo loquens dan animal symbolicum. Dengan akal budinya, manusia dapat berfikir abstrak dan konseptual sehingga disebut sebagai homo sapiens (makhuk pemikir) atau menurut Aristoteles, manusia dipandang sebagai animal the reasons yang ditandai dengan sifat selalu ingin tahu (all men by nature desire to know).




  
BAB V
FILOSOFI TENTANG HAKIKAT PENDIDIKAN
  A.    Hakikat Pendidikan di Masyarakat
       Pendidikan merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa maupun karsanya, agar potensi tersebut menjadi nyatadan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan organis, harmonis, dinamis guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan, yaitu:
1.      Filsafat pendidikan proresivisme, yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan.
2.      Filsafat pendidikan esensialisme, yang di dukung oleh idealisme dan realisme.
Esensialisme berpandangan bahwa pendidikan di dalam kehidupan masyarakat diarahkan pada tujuan yang substantif dan sejati.
3.      Filsafat pendidikan perenialisme, yang didukung oleh idealisme.
Perenialisme berpandangan bahwa sesungguhnya kebutuhan masyarakat yang paling bersih, asli, dan tidak tertandingi adalah kebutuhan rohani.
   B.     Hakikat pengembangan kurikulum pendidikan
Pada hakikatnya, fungsi kurikulum pendidikan adalah:
1.      Sistem hidup yang menjadi tuntunan masyarakat sebagai anak didik
2.      Alat dan bekal hidup di dunia
3.      Metode dan strategi menjalani kehidupan duniawi
4.      Sistem evaluasi diri, pengawasan diri dalam menghadapi kehidupan.
       Hakikat kurikulum ini memberikan pemahaman pada kitabahwa lembaga pendidik wajib menyajikan mata pelajaran dan menyajikannya kepada anak didik dengan dasar-dasar moralitas dan falsafah yang baik dan benar. Mata pelajaran tersebut diarahkan untuk membina akal dan hati anak didik serta memperkuat keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah SWT.
   C.     Hakikat pengembangan metode pendidikan
     Pengembangan metode pendidikan berhubungan dengan alat-alat pendidikan yang sangat penting digunakan dalam pendidikan, diantaranya adalah:
1.      Pendidik merupakan alat pendidikan
2.      Lembaga pendidikan
3.      Sarana dan prasarana pendidikan
4.      Perpustakaan
5.      Kecakapan atau kompetensi pendidik
6.      Metodologi pendidikan
7.      Manajemen pendidikan
8.      Administrasi dan supervisi pendidikan
9.      Strategi pembelajaran
10.  Evaluasi pendidikan dan evaluasi belajar.




  

BAB VI
FILSAFAT PENDIDIKAN TENTANG TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN
A.    Tentang tanggung jawab keluarga dalam pendidikan
       Tanggung jawab yang paling paling menonjol dan mendapat perhatian besar dalam pendidikan adalah tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya yang berwenang memberikan pengarahan, pengajaran, dan pendidikan. orang tua memiliki hubungan terdekat dengan anak-anaknya dan mewariskan karakter tertentu sehingga orang tua wajib meluruskan sifat-sifat anaknya yang buruk menurut nilai-nilai yang berlaku.
Perkembangan anak memerlukan bimbingan orang tuanya, sehinggaorang tuanya harus melakukan hal-hal:
1.      Memberi teladan yang baik
2.      Membiasakan anak bersikap baik
3.      Menyajikan cerita-cerita yang baik
4.      Menerangkan segala yang baik
5.      Membina daya kreatif anak
6.      Mengontrol, membimbing, dan mengawasi prilaku anak dengan baik
7.      Memberikan sanksi yang bernilai pelajaran dengan baik.
B.     Tanggung jawab pendidik dan pemerintah dalam pendidikan
       Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Dalam undang-undang Guru dan Dosen Pasal 1 dinyatakan sebagai berikut:
1.      Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
2.      Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
3.      Guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar dilingkungan satuan pendidikan tinggi.
4.      Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
5.      Penyelenggaraan pendidikan adalah pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur pendidikan formal.











BAB VII
FILSAFAT PENDIDIKAN TENTANG PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.    Pengertian penelitian tindakan kelas
       Penelitian tindakan kelas berhubungan dengan praktik dan proses pembelajaran para pendidik, guru maupun dosen. Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara lebih profesional.
       Penelitian tindakan kelas dikenal dengan istilah classroom action research yang disingkat CAR. Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru didalam kelas.
B.     Karakteristik penelitian tindakan kelas
1.      Masalah penelitian berangkat dari masalah pembelajaran yang dipandang pendidik sebagai masalah yang menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.
2.      Problem pembelajaran dapat berupa metode belajar mengajar yang kurang efektif, siswa yang kurang konsentrasi, buku bacaan yang kurang menarik, dan sebagainya.
3.      Para pendidik harus memiliki kemampuan meneliti masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran sehingga pendidik akan mencari solusinya.
4.      Tindakan-tindakan terentu yang dilakukan pendidik bertujuan memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.






BAB VIII
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN SCHOLASTISISME
   A.    Pengertian Scholastisisme
       Pengertian scholastisisme sendiri menunjukan pada sebuah kelompok, entah itu kelompok militer, monastic (kebiasaan) maupun akademik (baik guru maupun siswa). Kata dalam bahasa latin sendiri berasal dari bahasa yunani schole yang berarti “waktu luang” (leisure).
       Scholatisisme sebagai sebuah metode mengajar yang dipelopori oleh Abelard, yang didalamnya tercakup metode dialektik, metode ceramah, metode debat, dan metode observasi. Scholatisisme adalah nama sebuah periode di abad pertengahan yang dimulai sejak abad ke-9 hingga abad ke-15. Masa ini ditandai dengan munculnya banyak sekolah (dalam bahasa latin schola) dan banyak pengajar ulung. Selain itu, skolastik jug a menunjukan padametode tertentu, yakni metode yang mempertanyakan dan menguji berbagai hal secara kristis dan rasional, diperdebatkan, lalu diambil pemecahannya. Ciri dari metode scholastik adalah kerasionalan dari apa yang dihasilkan.
Sumber: Wikipedia. Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hlm: 144
      


materi dasar-dasar pendidikan Islam

Diposting oleh Rozaliha di 18.50 0 komentar


BAB I
LANDASAN PENDIDIKAN
   A.    Pengertian landasan pendidikan
            Secara klasikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pendidikan). landasan yang bersifat konseptual, identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
   B.     Fungsi landasan pendidikan
1.      Mengetahui berbagai konsep, prinsip dan teori pendidikan dalam melaksanakan praktek pendidikan.
2.      Mempunyai sikap kritis terhadap pandangan-pandangan teori pendidikan.
3.      Memberikan konstribusi pada pola pikir dan pola kerja calon pendidikan.
4.      Lebih meyakini tentang konsep, prinsip dan teori pendidikan dalam pelaksanakan pendidikan.
5.      Memiliki kesiapan study pendidikan lebih lanjut.
   C.     Ladasan filosofis dan sosiologis
1.      Landasan filosofis
      Merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnyamenjadi tujuannya, dan sebagainya. Konsepsi-konsepsi filosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya bersumber dari dua faktor, yaitu:
a.       Religi dan etika yang bertumpuk padakeyakinan.
b.      Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran.

2.      Landasan sosiologis
      Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis yang terjadi dilembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat.

Sumber: Tirtahardja Umar, Lasulo. 2005. Pengantar Pendidikan. PT Rineka Cipta: Jakarta. Hlm 87









  
BAB II
PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM
A.    Pengertian subsistem
        Istilah sistem dipakai untuk menunjukan beberapa pengertian:
1.      Dipakai untuk menunjukan adanya suatu himpunan bagian-bagian yang saling berkaitan secara alamiah maupun oleh budidaya manusia, sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan terpadu. Misalnya sistem tata surya.
2.      Sistem yang menunjukan adanya alat-alat atau organ tubuh secara keseluruhan yang secara khusus memberikan andil terhadap berfungsinya fungsi tubuh tertentu yang rumit namun amat vital. Misalalnya sistem saraf.
3.      Sistem yang dipakai untuk menunjukan sehimpunan gagasan atau ide yang bersusun dan terorganisasi sehingga membetuk suatu kesatuan yang logis. Mislnya sistem pemerintahan demokrasi.
4.      Sistem yang digunakan untuk menunjuk suatu hipotesis atau uraian suatu teori. Misalnya pendidikan sistematis.
5.      Sistem yang digunakan untuk menunjuk pada suatu cara atau metode: misalnya sistem mengetik sepuluh jari, sistem belajar jarak jauh, dan sistem modul dalam pengajaran.
B.     Pendidikan sebagai suatu sistem dan komponen-komponennya
                        Pendidikan sebagai suatu sistem adalah merupakan satu kesatuan dari beberapa unsur dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Unsur-unsur tersebut salng berhubungan dan saling ketergantungan dalam mencapai tujuan. Unsur-unsur tersebut dapat dkategorikan menjadi:
1.      Unsur instrumental, 2. Unsur siswa, 3. Unsur tujuan, 4. Unsur lingkungan, 5. Unsur filosofis.


Sumber: Hamdani. 20011. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. Hlm 34-36
BAB III
FUNGSI DAN PERANAN LEMBAGA PENDIDIKAN
A.    Lembaga pendidikan keluarga
        Lembaga pendidikan keluarga sebagai transmisi pertama dan utama dalam pendidikan, keluarga memiliki tugas utama dalam peletakan dasar bagi pendidikan akhlak dan padangan hidup keagamaan. Peletakan dasar-dasar keagamaan masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik dalam usaha menanamkan nilai dasar keagamaan. Kehidupan keluarga yang penuh dengan suasana keagamaan akan memberikan pengaruh besar kepada anak. Kebiasaan orang tua mengucapkan salam ketika akan masuk rumah merupakan contoh langkah bijaksana dalam upaya penanaman dasar religius anak.
Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa, dan negara.
B.     Lembaga pendidikan sekolah
        Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah disini ialah pendidikan yang diperoleh secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.
1.      Tanggung jawab sekolah
a.       Tanggung jawab formal
b.      Tanggung jawab keilmuan
c.       Tanggung jawab fungsional
2.      Fungsi dan peranan sekolah
              Peranan sekolah sebagai lembaga yang membatu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki serta memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarga. Peranan sekolah dengan melalui kurikulum:
a.       Tempat anak didik belajar bergaul
b.      Tempat anak didik belajar menaati peraturan sekolah
c.       Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi bangsa agama dan negara.
C.     Lembaga pendidikan di masyarakat
        Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah. Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lngkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah.

Sumber: Hasbullah. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada





















BAB IV
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
        Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan. dalam dunia pendidikan setidaknya terdapat terdapat 3 maca aliran pendidikan, yaitu:
1.      Aliran-aliran klasik dalam pendidikan
a.       Aliran Nativisme
b.      Aliran konvergensi
c.       Aliran Naturalisme
2.      Aliran pendidikan modern di Indonesia
a.       Progresivisme
        Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak, sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru atau bahan pelajaran.
b.      Esensialisme
        Esensialisme dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya maupun sosial.
c.       Rekonstruksionalisme
        Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat.
d.      Perenialisme
        Perenialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran dan nilai-nilai tersebut.
e.       Idealisme
        Aliran idealisme merupakan suatu aliran filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak diantara gambaran asli dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indra.


Sumber: Redja Mudyaharjo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
  

  

  
  
 
  
BAB V
DEMOKRASI PENDIDIKAN
A.    Pengertian Demokrasi Pendidikan
                        Pendidikan yang demokratik adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai dengan kemampuannya. Pengertian demokratik disini mencakup arti baik secara horizontal maupun vertikal. Dengan demikian demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama didalam berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik serta dengan pengelola pendidikan.
B.     Prinsip-prinsip demokrasi dalam pendidikan
        Dalam setiap pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-masalah, antara lain:
1.      Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan.
2.      Kesempatan yang sama bagi warga begara untuk memperoleh pendidikan.
3.      Hak kesempatan atas dasar kemampuan mereka.
        Dari prinsip-prinsip diatas dapat dipahami bahwa ide dan nilai demokrasi pendidikan itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat dan jenis masyarakat dimana ia berada, karenadalam realitasnya bahwa pengembangan demokrasi pendidikan itu akan banyak akan dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat.
C.     Demokrasi pendidikan di Indonesia
Sebenarnya Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas demokrasi pendidikan sejak diproklamasikannya kemerdekaan hingga sekarang. Hal ini terdapat dalam:
1.      UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2
2.      Undang-Undang republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 5, 6, 7, dan 8 ayat 1, 2 dan ayat 3
3.      Garis-garis besar haluan negara di sektor pendidikan.
Sumber: Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Pers



BAB VI
PENDIDIKAN NASIONAL
A.    Pengertian Pendidikan Nasional
                        Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Adapun tujuan dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
B.     Pendidikan nasional sebagai suatu sistem
                        Penddikan nasional merupakan suatu sistem untuk mewujudkan cita-cita bangsa dakam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tanpa adanya sistem maka cita-cita tersebut akan mustahil tercapai, karena sistem adalah suatu model berfikir atau suatu cara memandang dan merupakan suatu kesatuan yang utuh dengan bagian-bagiannya yang tersusun secara sistematis yang mempuyai relasi satu dengan yang lainnya.
Pendidikan nasional yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini mengungkapkan satu sistem yang:
1.      Berakar pada kebudayaan nasional dan berdasarkan panxasila dan UUD 1945.
2.      Merupakan suatu keseluruhan dan dikembangkan untuk ikut berusaha mencapai tujuan nasional.
3.      Mencakup, baik jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah
Sumber: Pidarta, Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara



BAB VII
KONSEP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

          Azaz pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu azaz bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinue, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal, maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, disekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat.
          Dasar dari pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas keyakinan, bahwa proses pendidikan berlangsung selama manusia hidup, baik dalam maupun luar sekolah.
          Implikasi konsep pendidikan seumur hidup diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. dengan demikian maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut dari suatu kebijakan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Penerapan azaz  pendidikan sumur hidup pada isi program pendidikan dan sasaran pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas. Implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan dapat dikelompokan menjadi beberapa kategori, yaitu:
1.      Pendidikan baca tulis fungsional
2.      Pendidikan vokasional
3.      Pendidikan profesional
4.      Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan
5.      Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik.

Sumber: Mudya Rahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press



BAB VIII
PERANAN KELUARGA DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN
   A.    Peranan Keluarga
            Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah pertama-tama mendaoatkan pendidikan dan bimbingan. Jika dikatakan lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam keluarga, sehingga pendidikan paling banyak diterima oleh anak yaitu didalam keluarga.
1.      Peranan Ibu
Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali.
2.      Peranan Ayah
3.      Peranan kake dan nenek
4.      Peranan pembantu rumah tangga
   B.     Peranan masyarakat dalam pendidikan
Masyarakat memegang peranan penting dalam pendidikan. melihat banyaknya lapisan di masyarakat jika ditinjau dari sisi sosial maupun pendidikan, maka kami golongkan beberapa kategori masyarakat yang berperan dalam pendidikan.
1.      Para buruh dan petani
2.      Para remaja putus sekolah
3.      Para pekerjayang berketerampilan
4.      Golongan teknisi dan profesional
5.      Para pemimpin masyarakat
6.      Anggota masyarakat yang sudah tua.
Sumber: Maunah, Binti. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Teras


Got My Cursor @ 123Cursors.com
 

Rozaliha Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal