BAB I
PEMBAHASAN
Kegiatan pengembangan kurikulum
harus berlandaskan pada fungsi-fungsi manajemen. Untuk dapat dipahami sebagai
pengalaman untuk mempersiapkan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan, baik yang
diperoleh dari dalam maupun luar lembaga pendidikan, maka kurikulum hendaknya
melalui fungsi perencanaan yang matang serta sistematis dan terpadu,
pengorganisasian yang baik, diimplementasikan di lapangan, dan diawasi
pelaksanaannya.
Kurikulum
adalah semua pengalaman yang telah direncanakan untuk mempersiapkan peserta
didik mencapai tujuan pendidikan baik yang diperoleh dari dalam maupun luar
lembaga yang telah direncanakan secara sistematis dan terpadu. Manajemen dalam
perencanaan kurikulum dapat diartikan sebagai keahlian atau kemampuan
merencanakan dan mengorganisasi kurikulum. Pokok kegiatan utama studi manajemen
kurikulum meliputi bidang perencanaan dan pengembangan kurikulum, pelaksanaan
dan perbaikan kurikulum. Manajemen perencanaan dan pengembangan kurikulum
berdasarakn asumsi bahwa telah tersedia informasi dan data tentang
masalah-masalah dan kebutuhan yang mendasari disusunnya perencanaa secara
tepat.
Untuk mengembangkan suatu rencana
seseorang harus mengacu kemasa depan. Perencanaan ini memberikan pengaruh dalam
menentukan pengeluaran biaya atau keuntungan, menetapkan perangkat tujuan atau
hasil akhir, mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan akhir, menyusun atau
menetapkan prioritas dan urutan strategi, menetapkan prosedur kerja dengan
metode yang baru, serta mengembangkan kebijakan-kebijakan.
Perencanaan secara umum menurut
Sudjana (2000), adalah proses yang sistematis sesuai dengan prinsip dalam
pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah serta
kegiatan yang terorganisasi tentang tindakan yang akan dilakukan pada
waktu yang akan datang. Waterson dalam Sudjana (2000) menuliskan bahwa
perencanaan pada hakekatnya adalah usaha sadar, terorganisasi, dan terus
menerus yang dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah
alternatif tindakan yang ada untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Oemar
Hamalik (2006), perencanaan kurikulum adalah kesempatan belajar yang
dimaksudkan untuk membina peserta didik ke arah perubahan tingkah laku yang
diinginkan dan menilai hingga terjadi perubahan-perubahan pada peserta didik.
A.
Pengertian
Manajemen Perencanaan Kurikulum
Kurikulum
berasal dari bahasa Yunani yaitu jarak yang harus ditempuh. Secara sempit atau
tradisional, kurikulum adalah sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah mata
pelajaran yang diberikan guru pada siswa guna mendapatkan ijazah. Sedang secara
modern, kurikulum adalah semua pengalaman yang diharapkan dimiliki peserta
didik dibawah bimbingan guru. Administrasi kurikulum adalah administrasi yang
ditunjukkan untuk keberhasilan kegiatan belajar –mengajar secra maksimal,
dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar-mengajar.[1]
Dalam
sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi dan lahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.[2]
Dan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun
1989 Bab I pasal I disebutkan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggara kegiatan belajar-mengajar”.[3]
Menurut
Nasution, lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Dan sejumlah ahli
teori kurikulum berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan
yang direncanakan melainkan juga peristiwa – peristiwa yang terjadi dibawah
pengawasan sekolah.[4]
Sehingga
kurikulum sangat penting dalam dunia pendidikan, kurikulum disusun untuk
mewujudkan tujuan pendidikan yang harus dicapai serta pengalaman belajar yang
harus didapatkan oleh para peserta didik. Dengan demikian dalam merumuskan
kurikulum harus memperhatikan beberapa faktor penting, misalnya faktor
perkembangan dan psikologi peserta didik, lingkungan sekitar, serta teknologi
di masing – masing jenjang pendidikan.
Mengingat
objek dalam pendidikan adalah manusia yang memiliki rasa serta pengetahuan
teknologi yang terus mengalami kemajuan, maka tidak salah jika rumusan kurikulum sebagaimana yang
dikemukakan oleh para ahli pendidikan selalu menunjukkan kecenderungan untuk
berubah.[5]
Kata
Manager biasanya digunakan untuk seorang pemimpin dalam suatu organisasi.
Sedangkan istilah manajemen dalam bahasa inggris berasal dari kata to manage
yang artinya mengatur atau mengelola. Jadi manajemen merupakan seni atau
ilmu untuk mengatur dan mengelola suatu organisasi.
Menurut
Horold Koontz dan Cyril O’Donnel, Manajemen adalah Usaha untuk mencapai tujuan
tertentu melalui kegiatan orang lain.
G.R.
Terry mengatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas
tindakan – tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.[6]
Dari
pengertian yang dikemukakan oleh terry diatas, langkah awal atau yang pertama
kali dilakukan oleh seorang manajer adalah Planning (perencanaan). Perencanaan
adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumuskan suatu program yang
didalamnya memuat sesuatu yang akan dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijakan
arah, prosedur dan tujuan yang harus ditempuh. Menurut hikmat ada tiga keterampilan yang
harus dimiliki oleh seorang manajer yakni keterampilan konseptual, keterampilan
manusiawi dan keterampilan teknis.
Dari
ketiga keterampilan tersebut, Keterampilan konseptuallah yang paling dibutuhkan
dalam merencanakan suatu progran terutama kurikulum, karena dalam keterampilan
ini seorang manajer dituntut untuk mampu memahami dan mengelola organisasi,
mampu mengoordinasikan dan memadukan berbagai kepentingan dan kegiatan
organisasi, serta seorang manajer dituntut pula untuk mampu melihat dan
memahami bahwa organisasi merupakan suatu keseluruhan dimana perubahan pada
setiap bagian dapat mempengaruhi keseluruhan organisasi.
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha
bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada
usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.
Manajemen dalam perencanaan kurikulum dapat diartikan
sebagai keahlian atau kemampuan merencanakan dan mengorganisasi kurikulum.
Siapa yang bertanggungjawab dan bagaimana perencanaan kurikulum itu
dilaksanakan secara profesional merupakan dua hal yang perlu diungkapkan dalam
perencanaan kurikulum.[7]
Maksud
dari manajemen dalam perencanaan kurikulum adalah keahlian “managing”
dalam arti kemampuan merencanakan dan mengorganisasikan kurikulum. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam proses perencanaan kurikulum adalah siapa yang
bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum, dan bagaimana perencanaan
kurikulum itu direncanakan secara professional.[8]
B.
Model Perencanaan Kurikulum
Ada
4 (empat) model perencanaan kurikulum berdasar asumsi rasionalitas, yaitu:
asumsi tentang pemrosesan informasi secara cermat yang berkaitan dengan mata
pelajaran, peserta didik, lingkungan dan hasil belajar. Berikut ini model-model
perencanaan kurikulum:
1. Model
Perencanaan rasional deduktif atau rasional Tyler
Model
ini menitik-beratkan logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik
tolak dari spesifikasi tujuan (goals dan objectives). Model ini dapat
diterapkan pada semua tingkat pembuat keputusan, dan tepat untuk sistem
pendidikan sentralistik.
2. Model
Interaktif rasional atau The Rational - Interactive Model
Model
ini menitik-beratkan pada ”perencanaan dengan” (planning with) daripada
”Perencanaan bagi” (planning for). Perencanaan kurikulum ini bersifat
situasional atau fleksibel serta tepat bagi lembaga pendidikan yang akan
mengembangkan kurikulum berbasis sekolah. Model perencanaan kurikulum ini
didasarkan pada kebutuhan yang berkembang di masyarakat.
3. The
Diciplines Model
Model
ini menitik-beratkan pada guru sebagai pihak yang merencanakan kurikulum bagi
siswa. Model ini dikembangkan sesuai dengan pertimbangan sistematik tentang
relevansi antara pengetahuan filosofis, sosiologis, dan psikologis.
4. Model
tanpa Perencanaan atau non planning model
Model
ini dikembangkan berdasarkan pertimbangan inisiatif guru di dalam ruangan
kelas, sebagai pengambil keputusan dalam menentukan strategi pembelajaran,
pemilihan media belajar dan sebagainya.[9]
C.
Manajemen Perencanaan Kurikulum
1.
Organisasi Kurikulum.
Orgaisasi
kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan
disampaikan kepada murid – murid. Organisasi kurikulum ini sangat erat
kaitannya dengan pencapaian tujuan pendidikan, karena kurikulum memuat aturan –
aturan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan trsebut.[10]
2.
Model Perencanaan Kurikulum
Perencanaan
kurikulum merupakan kegiatan yang komplek yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan. Maka dalam mendiskusikan dan mengkoordinasikan proses diperlukan
model-model dalam penyajiannya, yakni berdasarkan asumsi – asumsi rasionalitas
tentang pemrosesan informasi atau data secara cermat.
Adapun
model – model dalam perencanaan kurikulum yang disebutkan oleh Oemar hamalik
adalah :
a. Model
Perencanaan Rasional Deduktif atau Rasional Tyler, menitikberatkan logika dalam
merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari spesifikasi tujuan (Goals
and Objectives). Namun model ini
cenderung mengabaikan masalah – masalah dalam lingkungan tugas. Model ini dapat
diterapkan pada semua tingkat pembuatan keputusan namun lebih cocok digunakan
untuk sistem pendidikan yang sentralistik yang menitikberatkan pada sistem
perencanaan pusat, dimana kurikulum dianggap sebagai suatu alat untuk
mengembangkan atau mencapai tujuan di bidang sosial ekonomi.
b. Model
Interaktif Rasional (The rasional-interactive model), memandang rasional
sebagai tuntutan kesepakatan antara pendapat – pendapat yang berbeda, yang
tidak mengikuti urutan logik. Model ini
seringkali dinamakan model situasional, asumsi rasionalitasnya
,menekankan pada respons fleksibel kurikulum yang tidak memuaskan dan inisiatif
pada tingkat sekolahan atau tingkat lokal., implemantasi rencana merupakan fase
krusial dalam pengembangan kurikulum, dimana diperlukan saling beradaptasi
antara perencana dan pengguna kurikulum.
c. “The
Disciplines Model”, perencanaan ini menitikberatkan pada guru – guru, mereka
sendiri yang merencanakan kurukulum berdasarkan pertimbangan sistematik tentang
relevasi pengetahuan filosofis, sosiologi dan psikologi.
d. Model
tanpa perencanaan (non planning model), adalah suatu model berdasarkan
pertimbangan – pertimbangan intuitif guru – guru didalam runag kelas sebagai
bentuk pembuatan keputusan.
Secara
umum dalam sebuah perencanaan kurukulum dapat mengandung keempat type diatas,
namun untuk membedakannya antara satu dengan yang lain, diperlukan analisis
variabel kebermaknaan bagi praktek perencanaan.[11]
D.
Proses
atau Langkah-Langkah Perencanaan
Ada
beberapa ahli yang merumuskan proses atau langkah dalam merencanakan sesuatu,
diantaranya:
1. Model
perencanaan menurut Ralph Tyler :
a. Menentukan
tujuan
b. Memilih
pengalaman – pengalaman pendidikan
c. Mengordinisir
piont ke 2
d. Cara
mengevaluasi
2. Selanjutnya
model perencanaan menurut Dk. Wheeler.
a. Menentukan tujuan
b. Memilih
pengalaman – pengalaman pendidikan (belajar)
c. Menentukan
materi pelajaran
d. Organisasi
dan Intregasi point (b) dan (c)
e. Evaluaasi
terhadap efektifitas langkah – langkan perencanaan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.[12]
E.
Kegiatan-kegiatan
Manajemen Kurikulum
Kegiatan
manajemen di sekolah lebih menitikberatkan pada usaha – usaha pembinaan situasi
belajar mengajar agar selalu belajar dengan lancar serta mengatur pengalaman –
pengalamn belajar yang harus diterima oleh siswa.
Kegiatan manajemen
kurikulum yang terpenting disini dapat disebut dua hal yakni:
1. Kegiatan
yang amat erat kaitannya dengan tugas guru.
Kegiatan ini meliputi :
a. Pembagian
tugas mengajar
b. Pembagian
tugas / tanggung jawab dalam membina ekstra kurikuler.
c. Koordinasi
penyusunan persiapan mengajar.
2. Kegiatan
yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar.
a. Menyusun
jadwal pelajaran
b. Penyusunan
program (rencana) berdasarkan satuan waktu tertentu.
c. Pengisian
daftar kemajuan murid.
d. Penyelenggaraan
evaluasi hasil belajar.
e. Laporan
hasil evaluasi.
f. Kegiatan
bimbingan penyuluhan.
Menurut
Drs. Ismed Syarif dkk. Kegiatan dalam bidang kurikulum ini masih diperluas
mengatur kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Ketiga kegiatan ini merupakan satu
kesatuan dalam proses belajar mengajar yang sulit untuk dipisahkan.[13]
F.
Asas-Asas
Perencanaan Kurikulum
Ada beberapa asas yang
dijadikan dasar dalam perencanaan kurikulum, yaitu :
1.
Objektivitas
Perencanaan kurikulum memiliki tujuan yang jelas dan
spesifik berdasarkan tujuan pendidikan nasional, data input yang nyata sesuai
dengan kebutuhan.
2.
Keterpaduan
Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan sumber dari
semua disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dan masyarakat, keterpaduan internal, serta
keterpaduan dalam proses penyampaian.
3.
Manfaat
Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan
pengetahuan dan keterampilan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan
dan tindakan, serta bermanfaat sebagai acuan strategis dalam penyelenggaraan
pendidikan.
4.
Efisiensi dan
Efektivitas
Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan prinsip
efisiensi dana, tenaga, dan waktu dalam mencapai tujuan dan hasil pendidikan.
5.
Kesesuaian
Perencanaan kurikulum disesuaikan dengan sasaran
peserta didik, kemampuan tenaga kependidikan, kemajuan IPTEK, dan
perubahan/perkembangan masyarakat.
6. Keseimbangan
Perencanaan kurikulum memperhatikan keseimbangan
antara jenis bidang studi, sumber yang tersedia, serta antara kemampuan dan
program yang akan dilaksanakan.
7. Kemudahan
Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan bagi para
pemakainya yang membutuhkan pedoman berupa bahan kajian dan metode untuk
melaksanakan proses pembelajaran.
8. Berkesinambungan
Perencanaan kurikulum ditata secara berkesinambungan
sejalan dengan tahapan, jenis, dan jenjang satuan pendidikan.
9. Pembakuan
Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang
dan jenis satuan pendidikan, sejak dari pusat sampai daerah.
10. Mutu
Perencanaan kurikulum memuat perangkat pembelajaran
yang bermutu, sehingga turut meningkatkan mutu proses belajar dan kualitas
lulusan secara keseluruhan.[14]
G.
Sifat
Perencanaan Kurikulum
Suatu perencanaan kurikulum memiliki sifat – sifat sebagai berikut :
1.
Bersifat
stategis, karena merupakan instrumen yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional
2.
Bersifat
komprehensif, yang mencakup keseluruhan aspek – aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat
3.
Bersifat
integratif, yang mengintegrasikan rencana yang luas, mencakup pengembangan
dimensi kualitas dan kuantitas
4.
Bersifat
realistik, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dan kebutuhan masyarakat
5.
Bersifat
humanistik, menitikberatkan pada pengembangan sumber daya manusia, baik
kuantitatif maupun kualitatif
6.
Bersifat
futuralistik, mengacu jauh ke depan dalam merencanakan masyarakat yang maju
7.
Bersifat
desentralistik, karena dikembangkan oleh daerah sesuai dengan kondisi dan
potensi daerah.[15]
H.
Fungsi
Perencanaan Kurikulum
Seorang manager dituntut untuk memiliki ketelitian dan
kecermatan yang tinggi dalam merencanakan kurikulum baik secara menyeluruh
maupun secara rinci, karena perencanaan kurikulum memiliki multi fungsi sebagai
berikut :
1.
Perencanaan
kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat manajemen, yang berisi petunjuk
tentang jenis dan sumber belajar, media, bahan ajar, jenjang pendidikan, biaya
dan sarana yang diperlukan, serta sistem kontrol dan evaluasi untuk mencapai
tujuan managemen yang telah dirancang sebelumnya.
2.
Perencanaan
kurikulum berfungsi sebagai alat atau penggerak roda organisasi dan tata
laksana untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat sesuai dengan tujuan
organisasi. Oleh karenanya perumusan kurikulum perlu memuat informasi kebijakan
yang relevan antara seni kepemimpinan dan pengetahuan yang telah dimiliki.
3.
Perencanaan
kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk melaksanakan sistem pendidikan
sehingga mencapai hasil optimal.[16]
I.
Manajemen
Organisasi Sekolah Lembaga Pendidikan
Organisasi merupakan salah satu bentuk dari sistem sosial. Sebagai salah
satu bentuk organisasi pendidikan, maka sekolah termasuk bentuk dari sistem
sosial, yang tentunya mempunyai sub sistem dengan ciri – ciri tertentu, yang
khusus yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sebagai sebuah sistem
organisasi, sekolah juga memiliki kegiatan administrasi dan kegaiatan manajeme,
yang dimana inti dari organisasi ini adalah proses belajar mengajar baik diluar
maupun didalam kelas.[17]
Sebenarnya tidak mudah untuk menentukan pedoman dalam
menyusun organisasi madrasah. Kesulitan tersebut salah satunya disebabkan oleh
perbedaan antara sekolah satu dengan sekolah yang lain. Faktor yang harus
diperhatikan dalam merencanakan
organisasi sekolah adalah :
1.
Tingkat
pendidikan
kita ketahui bahwasanya ada beberapa tingkat
pendidikan di indonesia, yakni SD, MI, SMP, MTs, SMA,MA dan Perguruan Tinggi.
Dimasing – masing jenjang pendidikan memiliki fisik dan perkembangan jiwa anak
jelas berbeda – beda, begitupun dengan pengaruh lingkungan yang didapatkan atau
yang mempengaruhi masing – masing psikis anak. Dengan demikian dalam menetukan
organisasi madrasah baik tujuan, metode dll pastilah berbeda dan diperlukan
keterampilan khusus untuk merencanakannya.
2.
Jenis sekolah
Para perencana harus faham dan tahu jenis sekolah apa
yang akan didirikan yakni termasuk sekolah umum atau sekolah khusus, karena
semua itu berhubungan dengan tujuan
utama yaang hendak dicapai yang nantinya akan berhubungan pula dengan
perencanaan kurikulum.
3.
Besar Kecilnya
Sekolah.
Ukuran ini berhubungan dengan jumlah murud, jumlah
kelas, jumlah tenaga guru, karyawan serta fasilitas yang dimiliki. Jika jumlah
ketentuan diatas banyak maka termasuk sekolah besar sedangkan sekolah kecil
adalah sekolah yang cukup memenuhi syarat minimal dari ketentuan yang berlaku.
4.
Letak dan
Lingkungan Sekolah
Letak geografis seperti pedesaan, pekotaan, pesisir
dan lingkungan masyarakat tempat madrasah itu berada memberikan pengaruh yang
berbeda-beda. Oleh karenanya dalam menyusun stuktur organisasi sekolah, hal –
hal tersebut di atas perlu diperhatikan dan dipahami.
Sebenarnya yang paling awal direncanakan atau
ditentukan oleh suatu madrasah adalah merumuskan VISI dan MISI yang nantinya
akan menjadi tolak ukur untuk mencapai tujuan pendidikan serta merumuskan
kebijakan – kebijakan yang lain.
Kegiatan manajemen organisasi dalam lembaga pendidikan
pada hakikatnya merupakan keterpaduan antara teori dan praktek, atau
keterpaduan antara pikiran dan tindakan dalam bidang pendidikan yang dilandasi
dengan nilai – nilai ajaran agama, falsafat dan budaya bangsa.
Kegiatan pendidikan bukanlah hal yang mudah karena
disini kegiatan memproses input dengan berbagai metode dan didukung dengan
sarana prasarana untuk menghasilkan output yang benar – benar baik. Dalam
memanajemen lembaga pendidikan tidak lah asal berjalan, harus ada peta yang
menjadikan pedoman dalam berjalan. Peta yang dibangun dalam mengelola lembaga
pendidikan ini disebut dengan Visi dan Misi. Visi dan Misi tersebut harus jelas
dan sesuai dengan lingkungan atau budaya sekitar sehingga lembaga pendidikan
akan berjalan lebih optimal.[18]
BAB II
PENUTUP
Manajemen
kurikulum merupakan suatu ilmu atau seni untuk merumuskan pedoman dalam
peyelengaraan kegiatan belajar, baik diluar maupun didalam kelas. Yang
didalamnya didukung dengan berbagai sarana prasarana.
Untuk merumuskan
suatu kurikulum diperlukan perencaan yang matang, dimana perencanaan tersebut
merupakan kegiatan awal dalam suatu manajemen. Dalam merencanakan suatu
kurikulum diperlukan banyak keterampilan, salah satunya adalah keterampilan
konseptual. Dalam keterampilan ini seorang manajer dituntut untuk mampu memahami
organisasi serta mampu memadukan dan mengkoordinasi berbagai kepentingan dalam
organisasi.
Yang terpenting
dalam melakukan manajemen adalah kita memahami konsep dan teori dari manajemen,
perencanaan dan yang terpenting konsep atau teori dari kurikulum sendiri, dimana merupakan objek yang akan
dirumuskan.
Bukan hanya itu
saya keadaan lingkungan, budaya serta kemajuan teknologi juga turut
diperhatikan karena faktor – faktor diatas turut pula memberikan sumbangsih
yang besar terhadap perubahan suatu kurikulum atau lembaga madrasah. Dan perlu
diingat bahwa perumusan kurikulum atau lembaga madrasah disusun untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, tujuan yang sesuai dengan Tujuan
Pendidikan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Subroto,
Suryo. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mulyono.
2008. Manajemen Administrasi & Organisasi pendidikan. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Hamalik,
Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Dakir.
2004. Perencanaan dan Pengembangan kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta
Hikmat.
2009. Manajement Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia
Nasution.
2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, Suhasimi. 1990. Organisasi dan Administrasi.
Jakarta: CV Rajawali
Yulaelawati,
Ella. 2007. Kurikulum dan pembelajaran. Pakar Raya : Jakarta
http://anan-nur.blogspot.com/2011/08/manajemen-perencanaan-pengembangan.html, diakses pada:
hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul: 10:55 WIB
[2]
Oemar hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 91-92
[3]
Dzakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004), hlm. 3
[4]
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran. (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), Cet.
VI, Hlm. 5
[5] Ibid, hlm. 93
[6] Hikmat, Manajement Pendidikan, (Bandung :
Pustaka Setia, 2009), Hlm.12
[7] Suryosubroto,
Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm.
33
[8]
Ella Yulaelawati, Kurikulum dan pembelajaran, (Pakar Raya : Jakarta, 2007), hlm 30
[9]
http://anan-nur.blogspot.com/2011/08/manajemen-perencanaan-pengembangan.html, diakses
pada: hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul: 10:55 WIB
[10] Ibid., 33
[11]
Oemar hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,(Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 153-154
[12]
Dakir,Perencanaan dan Pengembangan kurikulum,(Jakarta:Rineka Cipta,
2004), hlm. 117-118
[13] Suryosubroto,Manajemen
Pendidikan di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 42
[14] Oemar
hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,(Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 155-156
[15] Ibid., hlm. 156-157
[16] Ibid., hlm. 152
[17]
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi pendidikan, (Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media, 2008). Hlm 63-64
[18] Suryo subroto,Manajemen
Pendidikan di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 141-150
1 komentar on "MANAJEMEN PERENCANAAN KURIKULUM"
mba gw tw itu cute, bagus, gemesin,tapi pusing juga liatnya mba, tulisan muter2 begitu... masukan aja sih, diilangin boleh lah, daripada yang baca pusing..
Posting Komentar