Minggu, 29 November 2015

MANAJEMEN PERENCANAAN KURIKULUM

Diposting oleh Rozaliha di 19.03


BAB I
PEMBAHASAN
Kurikulum adalah semua pengalaman yang telah direncanakan untuk mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan baik yang diperoleh dari dalam maupun luar lembaga yang telah direncanakan secara sistematis dan terpadu. Manajemen dalam perencanaan kurikulum dapat diartikan sebagai keahlian atau kemampuan merencanakan dan mengorganisasi kurikulum. Pokok kegiatan utama studi manajemen kurikulum meliputi bidang perencanaan dan pengembangan kurikulum, pelaksanaan dan perbaikan kurikulum. Manajemen perencanaan dan pengembangan kurikulum berdasarakn asumsi bahwa telah tersedia informasi dan data tentang masalah-masalah dan kebutuhan yang mendasari disusunnya perencanaa secara tepat.
Untuk mengembangkan suatu rencana seseorang harus mengacu kemasa depan. Perencanaan ini memberikan pengaruh dalam menentukan pengeluaran biaya atau keuntungan, menetapkan perangkat tujuan atau hasil akhir, mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan akhir, menyusun atau menetapkan prioritas dan urutan strategi, menetapkan prosedur kerja dengan metode yang baru, serta mengembangkan kebijakan-kebijakan.
Perencanaan secara umum menurut Sudjana (2000), adalah proses yang sistematis sesuai dengan prinsip dalam pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah serta kegiatan yang terorganisasi tentang tindakan  yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Waterson dalam Sudjana (2000) menuliskan bahwa perencanaan pada hakekatnya adalah usaha sadar, terorganisasi, dan terus menerus yang dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif tindakan yang ada untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Oemar Hamalik (2006), perencanaan kurikulum adalah kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina peserta didik ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai hingga terjadi perubahan-perubahan pada peserta didik.
A.    Pengertian Manajemen Perencanaan Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu jarak yang harus ditempuh. Secara sempit atau tradisional, kurikulum adalah sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah mata pelajaran yang diberikan guru pada siswa guna mendapatkan ijazah. Sedang secara modern, kurikulum adalah semua pengalaman yang diharapkan dimiliki peserta didik dibawah bimbingan guru. Administrasi kurikulum adalah administrasi yang ditunjukkan untuk keberhasilan kegiatan belajar –mengajar secra maksimal, dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar-mengajar.[1]
Dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan lahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.[2]
Dan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I pasal I disebutkan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar-mengajar”.[3]
Menurut Nasution, lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Dan sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa – peristiwa yang terjadi dibawah pengawasan sekolah.[4]
Sehingga kurikulum sangat penting dalam dunia pendidikan, kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang harus dicapai serta pengalaman belajar yang harus didapatkan oleh para peserta didik. Dengan demikian dalam merumuskan kurikulum harus memperhatikan beberapa faktor penting, misalnya faktor perkembangan dan psikologi peserta didik, lingkungan sekitar, serta teknologi di masing – masing jenjang pendidikan.
Mengingat objek dalam pendidikan adalah manusia yang memiliki rasa serta pengetahuan teknologi yang terus mengalami kemajuan, maka tidak salah jika  rumusan kurikulum sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan selalu menunjukkan kecenderungan untuk berubah.[5]
Kata Manager biasanya digunakan untuk seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Sedangkan istilah manajemen dalam bahasa inggris berasal dari kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Jadi manajemen merupakan seni atau ilmu untuk mengatur dan mengelola suatu organisasi.
Menurut Horold Koontz dan Cyril O’Donnel, Manajemen adalah Usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
G.R. Terry mengatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan – tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.[6]
Dari pengertian yang dikemukakan oleh terry diatas, langkah awal atau yang pertama kali dilakukan oleh seorang manajer adalah Planning (perencanaan). Perencanaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumuskan suatu program yang didalamnya memuat sesuatu yang akan dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijakan arah, prosedur dan tujuan yang harus ditempuh.  Menurut hikmat ada tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer yakni keterampilan konseptual, keterampilan manusiawi dan keterampilan teknis.
Dari ketiga keterampilan tersebut, Keterampilan konseptuallah yang paling dibutuhkan dalam merencanakan suatu progran terutama kurikulum, karena dalam keterampilan ini seorang manajer dituntut untuk mampu memahami dan mengelola organisasi, mampu mengoordinasikan dan memadukan berbagai kepentingan dan kegiatan organisasi, serta seorang manajer dituntut pula untuk mampu melihat dan memahami bahwa organisasi merupakan suatu keseluruhan dimana perubahan pada setiap bagian dapat mempengaruhi keseluruhan organisasi.
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.
Manajemen dalam perencanaan kurikulum dapat diartikan sebagai keahlian atau kemampuan merencanakan dan mengorganisasi kurikulum. Siapa yang bertanggungjawab dan bagaimana perencanaan kurikulum itu dilaksanakan secara profesional merupakan dua hal yang perlu diungkapkan dalam perencanaan kurikulum.[7]
Maksud dari manajemen dalam perencanaan kurikulum adalah keahlian “managing” dalam arti kemampuan merencanakan dan mengorganisasikan kurikulum. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan kurikulum adalah siapa yang bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum, dan bagaimana perencanaan kurikulum itu direncanakan secara professional.[8]




B.     Model Perencanaan Kurikulum
Ada 4 (empat) model perencanaan kurikulum berdasar asumsi rasionalitas, yaitu: asumsi tentang pemrosesan informasi secara cermat yang berkaitan dengan mata pelajaran, peserta didik, lingkungan dan hasil belajar. Berikut ini model-model perencanaan kurikulum:
1.      Model Perencanaan rasional deduktif atau rasional Tyler
Model ini menitik-beratkan logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari spesifikasi tujuan (goals dan objectives). Model ini dapat diterapkan pada semua tingkat pembuat keputusan, dan tepat untuk sistem pendidikan sentralistik. 
2.      Model Interaktif rasional atau The Rational - Interactive Model
Model ini menitik-beratkan pada ”perencanaan dengan” (planning with) daripada ”Perencanaan bagi” (planning for). Perencanaan kurikulum ini bersifat situasional atau fleksibel serta tepat bagi lembaga pendidikan yang akan mengembangkan kurikulum berbasis sekolah. Model perencanaan kurikulum ini didasarkan pada kebutuhan yang berkembang  di masyarakat.
3.      The Diciplines Model
Model ini menitik-beratkan pada guru sebagai pihak yang merencanakan kurikulum bagi siswa. Model ini dikembangkan sesuai dengan pertimbangan sistematik tentang relevansi antara pengetahuan filosofis, sosiologis, dan psikologis.
4.      Model tanpa Perencanaan atau non planning model
Model ini dikembangkan berdasarkan pertimbangan inisiatif guru di dalam ruangan kelas, sebagai pengambil keputusan dalam menentukan strategi pembelajaran, pemilihan media belajar dan sebagainya.[9]

C.    Manajemen Perencanaan Kurikulum
1.      Organisasi Kurikulum.
Orgaisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid – murid. Organisasi kurikulum ini sangat erat kaitannya dengan pencapaian tujuan pendidikan, karena kurikulum memuat aturan – aturan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan trsebut.[10]
2.      Model Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum merupakan kegiatan yang komplek yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Maka dalam mendiskusikan dan mengkoordinasikan proses diperlukan model-model dalam penyajiannya, yakni berdasarkan asumsi – asumsi rasionalitas tentang pemrosesan informasi atau data secara cermat.
Adapun model – model dalam perencanaan kurikulum yang disebutkan oleh Oemar hamalik adalah :
a.       Model Perencanaan Rasional Deduktif atau Rasional Tyler, menitikberatkan logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari spesifikasi tujuan (Goals and Objectives). Namun model  ini cenderung mengabaikan masalah – masalah dalam lingkungan tugas. Model ini dapat diterapkan pada semua tingkat pembuatan keputusan namun lebih cocok digunakan untuk sistem pendidikan yang sentralistik yang menitikberatkan pada sistem perencanaan pusat, dimana kurikulum dianggap sebagai suatu alat untuk mengembangkan atau mencapai tujuan di bidang sosial ekonomi.
b.      Model Interaktif Rasional (The rasional-interactive model), memandang rasional sebagai tuntutan kesepakatan antara pendapat – pendapat yang berbeda, yang tidak mengikuti urutan logik. Model ini  seringkali dinamakan model situasional, asumsi rasionalitasnya ,menekankan pada respons fleksibel kurikulum yang tidak memuaskan dan inisiatif pada tingkat sekolahan atau tingkat lokal., implemantasi rencana merupakan fase krusial dalam pengembangan kurikulum, dimana diperlukan saling beradaptasi antara perencana dan pengguna kurikulum.
c.       “The Disciplines Model”, perencanaan ini menitikberatkan pada guru – guru, mereka sendiri yang merencanakan kurukulum berdasarkan pertimbangan sistematik tentang relevasi pengetahuan filosofis, sosiologi dan psikologi.
d.      Model tanpa perencanaan (non planning model), adalah suatu model berdasarkan pertimbangan – pertimbangan intuitif guru – guru didalam runag kelas sebagai bentuk pembuatan keputusan.
Secara umum dalam sebuah perencanaan kurukulum dapat mengandung keempat type diatas, namun untuk membedakannya antara satu dengan yang lain, diperlukan analisis variabel kebermaknaan bagi praktek perencanaan.[11]

D.    Proses atau Langkah-Langkah Perencanaan
Ada beberapa ahli yang merumuskan proses atau langkah dalam merencanakan sesuatu, diantaranya:
1.      Model perencanaan menurut Ralph Tyler :
a.       Menentukan tujuan
b.      Memilih pengalaman – pengalaman pendidikan
c.       Mengordinisir piont ke 2
d.      Cara mengevaluasi
2.      Selanjutnya model perencanaan menurut Dk. Wheeler.
a.        Menentukan tujuan
b.      Memilih pengalaman – pengalaman pendidikan (belajar)
c.       Menentukan materi pelajaran
d.      Organisasi dan Intregasi point (b) dan (c)
e.       Evaluaasi terhadap efektifitas langkah – langkan perencanaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.[12]

E.     Kegiatan-kegiatan Manajemen Kurikulum
Kegiatan manajemen di sekolah lebih menitikberatkan pada usaha – usaha pembinaan situasi belajar mengajar agar selalu belajar dengan lancar serta mengatur pengalaman – pengalamn belajar yang harus diterima oleh siswa.
Kegiatan manajemen kurikulum yang terpenting disini dapat disebut dua hal yakni:
1.      Kegiatan yang amat erat kaitannya dengan tugas guru.
Kegiatan ini meliputi :
a.       Pembagian tugas mengajar
b.      Pembagian tugas / tanggung jawab dalam membina ekstra kurikuler.
c.       Koordinasi penyusunan persiapan mengajar.
2.      Kegiatan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar.
a.       Menyusun jadwal pelajaran
b.      Penyusunan program (rencana) berdasarkan satuan waktu tertentu.
c.       Pengisian daftar kemajuan murid.
d.      Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar.
e.       Laporan hasil evaluasi.
f.       Kegiatan bimbingan penyuluhan.
Menurut Drs. Ismed Syarif dkk. Kegiatan dalam bidang kurikulum ini masih diperluas mengatur kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Ketiga kegiatan ini merupakan satu kesatuan dalam proses belajar mengajar yang sulit untuk dipisahkan.[13]

F.     Asas-Asas Perencanaan Kurikulum
Ada beberapa asas yang dijadikan dasar dalam perencanaan kurikulum, yaitu :
1.      Objektivitas
Perencanaan kurikulum memiliki tujuan yang jelas dan spesifik berdasarkan tujuan pendidikan nasional, data input yang nyata sesuai dengan kebutuhan.
2.      Keterpaduan
Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan sumber dari semua disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dan masyarakat, keterpaduan internal, serta keterpaduan dalam proses penyampaian.
3.      Manfaat
Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan pengetahuan dan keterampilan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan dan tindakan, serta bermanfaat sebagai acuan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan.
4.      Efisiensi dan Efektivitas
Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan prinsip efisiensi dana, tenaga, dan waktu dalam mencapai tujuan dan hasil pendidikan.
5.      Kesesuaian
Perencanaan kurikulum disesuaikan dengan sasaran peserta didik, kemampuan tenaga kependidikan, kemajuan IPTEK, dan perubahan/perkembangan masyarakat.
6.      Keseimbangan
Perencanaan kurikulum memperhatikan keseimbangan antara jenis bidang studi, sumber yang tersedia, serta antara kemampuan dan program yang akan dilaksanakan.
7.      Kemudahan
Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan bagi para pemakainya yang membutuhkan pedoman berupa bahan kajian dan metode untuk melaksanakan proses pembelajaran.
8.      Berkesinambungan
Perencanaan kurikulum ditata secara berkesinambungan sejalan dengan tahapan, jenis, dan jenjang satuan pendidikan.
9.      Pembakuan
Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang dan jenis satuan pendidikan, sejak dari pusat sampai daerah.
10.  Mutu
Perencanaan kurikulum memuat perangkat pembelajaran yang bermutu, sehingga turut meningkatkan mutu proses belajar dan kualitas lulusan secara keseluruhan.[14]
G.    Sifat Perencanaan Kurikulum
Suatu perencanaan kurikulum memiliki sifat – sifat sebagai berikut :
1.      Bersifat stategis, karena merupakan instrumen yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
2.      Bersifat komprehensif, yang mencakup keseluruhan aspek – aspek  kehidupan dan penghidupan masyarakat
3.      Bersifat integratif, yang mengintegrasikan rencana yang luas, mencakup pengembangan dimensi kualitas dan kuantitas
4.      Bersifat realistik, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dan kebutuhan masyarakat
5.      Bersifat humanistik, menitikberatkan pada pengembangan sumber daya manusia, baik kuantitatif maupun kualitatif
6.      Bersifat futuralistik, mengacu jauh ke depan dalam merencanakan masyarakat yang maju
7.      Bersifat desentralistik, karena dikembangkan oleh daerah sesuai dengan kondisi dan potensi daerah.[15]
H.    Fungsi Perencanaan Kurikulum
Seorang manager dituntut untuk memiliki ketelitian dan kecermatan yang tinggi dalam merencanakan kurikulum baik secara menyeluruh maupun secara rinci, karena perencanaan kurikulum memiliki multi fungsi sebagai berikut :
1.      Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat manajemen, yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber belajar, media, bahan ajar, jenjang pendidikan, biaya dan sarana yang diperlukan, serta sistem kontrol dan evaluasi untuk mencapai tujuan managemen yang telah dirancang sebelumnya.
2.      Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai alat atau penggerak roda organisasi dan tata laksana untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat sesuai dengan tujuan organisasi. Oleh karenanya perumusan kurikulum perlu memuat informasi kebijakan yang relevan antara seni kepemimpinan dan pengetahuan yang telah dimiliki.
3.      Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil optimal.[16]

I.       Manajemen Organisasi Sekolah Lembaga Pendidikan
Organisasi merupakan salah satu bentuk dari sistem sosial. Sebagai salah satu bentuk organisasi pendidikan, maka sekolah termasuk bentuk dari sistem sosial, yang tentunya mempunyai sub sistem dengan ciri – ciri tertentu, yang khusus yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sebagai sebuah sistem organisasi, sekolah juga memiliki kegiatan administrasi dan kegaiatan manajeme, yang dimana inti dari organisasi ini adalah proses belajar mengajar baik diluar maupun didalam kelas.[17]
Sebenarnya tidak mudah untuk menentukan pedoman dalam menyusun organisasi madrasah. Kesulitan tersebut salah satunya disebabkan oleh perbedaan antara sekolah satu dengan sekolah yang lain. Faktor yang harus diperhatikan dalam  merencanakan organisasi sekolah adalah :
1.      Tingkat pendidikan
kita ketahui bahwasanya ada beberapa tingkat pendidikan di indonesia, yakni SD, MI, SMP, MTs, SMA,MA dan Perguruan Tinggi. Dimasing – masing jenjang pendidikan memiliki fisik dan perkembangan jiwa anak jelas berbeda – beda, begitupun dengan pengaruh lingkungan yang didapatkan atau yang mempengaruhi masing – masing psikis anak. Dengan demikian dalam menetukan organisasi madrasah baik tujuan, metode dll pastilah berbeda dan diperlukan keterampilan khusus untuk merencanakannya.
2.      Jenis sekolah
Para perencana harus faham dan tahu jenis sekolah apa yang akan didirikan yakni termasuk sekolah umum atau sekolah khusus, karena semua itu  berhubungan dengan tujuan utama yaang hendak dicapai yang nantinya akan berhubungan pula dengan perencanaan kurikulum.
3.      Besar Kecilnya Sekolah.
Ukuran ini berhubungan dengan jumlah murud, jumlah kelas, jumlah tenaga guru, karyawan serta fasilitas yang dimiliki. Jika jumlah ketentuan diatas banyak maka termasuk sekolah besar sedangkan sekolah kecil adalah sekolah yang cukup memenuhi syarat minimal dari ketentuan yang berlaku.
4.      Letak dan Lingkungan Sekolah
Letak geografis seperti pedesaan, pekotaan, pesisir dan lingkungan masyarakat tempat madrasah itu berada memberikan pengaruh yang berbeda-beda. Oleh karenanya dalam menyusun stuktur organisasi sekolah, hal – hal tersebut di atas perlu diperhatikan dan dipahami.
Sebenarnya yang paling awal direncanakan atau ditentukan oleh suatu madrasah adalah merumuskan VISI dan MISI yang nantinya akan menjadi tolak ukur untuk mencapai tujuan pendidikan serta merumuskan kebijakan – kebijakan yang lain.
Kegiatan manajemen organisasi dalam lembaga pendidikan pada hakikatnya merupakan keterpaduan antara teori dan praktek, atau keterpaduan antara pikiran dan tindakan dalam bidang pendidikan yang dilandasi dengan nilai – nilai ajaran agama, falsafat dan budaya bangsa.
Kegiatan pendidikan bukanlah hal yang mudah karena disini kegiatan memproses input dengan berbagai metode dan didukung dengan sarana prasarana untuk menghasilkan output yang benar – benar baik. Dalam memanajemen lembaga pendidikan tidak lah asal berjalan, harus ada peta yang menjadikan pedoman dalam berjalan. Peta yang dibangun dalam mengelola lembaga pendidikan ini disebut dengan Visi dan Misi. Visi dan Misi tersebut harus jelas dan sesuai dengan lingkungan atau budaya sekitar sehingga lembaga pendidikan akan berjalan lebih optimal.[18]



BAB II
PENUTUP
Manajemen kurikulum merupakan suatu ilmu atau seni untuk merumuskan pedoman dalam peyelengaraan kegiatan belajar, baik diluar maupun didalam kelas. Yang didalamnya didukung dengan berbagai sarana prasarana.
Untuk merumuskan suatu kurikulum diperlukan perencaan yang matang, dimana perencanaan tersebut merupakan kegiatan awal dalam suatu manajemen. Dalam merencanakan suatu kurikulum diperlukan banyak keterampilan, salah satunya adalah keterampilan konseptual. Dalam keterampilan ini seorang manajer dituntut untuk mampu memahami organisasi serta mampu memadukan dan mengkoordinasi berbagai kepentingan dalam organisasi.
Yang terpenting dalam melakukan manajemen adalah kita memahami konsep dan teori dari manajemen, perencanaan dan yang terpenting konsep atau teori dari kurikulum  sendiri, dimana merupakan objek yang akan dirumuskan.
Bukan hanya itu saya keadaan lingkungan, budaya serta kemajuan teknologi juga turut diperhatikan karena faktor – faktor diatas turut pula memberikan sumbangsih yang besar terhadap perubahan suatu kurikulum atau lembaga madrasah. Dan perlu diingat bahwa perumusan kurikulum atau lembaga madrasah disusun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, tujuan yang sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional.





DAFTAR PUSTAKA
Subroto, Suryo. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi & Organisasi pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT   Remaja Rosdakarya
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta
Hikmat. 2009. Manajement Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia
Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, Suhasimi. 1990. Organisasi dan Administrasi. Jakarta: CV Rajawali
Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan pembelajaran. Pakar Raya : Jakarta
 http://anan-nur.blogspot.com/2011/08/manajemen-perencanaan-pengembangan.html, diakses pada: hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul: 10:55 WIB


[1] Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi (Jakarta: CV Rajawali, 1990),  hal 58
[2] Oemar hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 91-92
[3] Dzakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 3
[4] Nasution, Kurikulum dan Pengajaran. (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), Cet. VI, Hlm. 5
[5] Ibid, hlm. 93
[6] Hikmat, Manajement Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), Hlm.12
[7] Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 33
[8] Ella Yulaelawati, Kurikulum dan pembelajaran, (Pakar Raya : Jakarta, 2007), hlm 30
[9] http://anan-nur.blogspot.com/2011/08/manajemen-perencanaan-pengembangan.html, diakses pada: hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul: 10:55 WIB
[10] Ibid., 33
[11] Oemar hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 153-154
[12] Dakir,Perencanaan dan Pengembangan kurikulum,(Jakarta:Rineka Cipta, 2004), hlm. 117-118
[13] Suryosubroto,Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 42
[14] Oemar hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 155-156
[15] Ibid., hlm. 156-157
[16] Ibid., hlm. 152
[17] Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi pendidikan, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2008). Hlm 63-64
[18] Suryo subroto,Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 141-150

1 komentar on "MANAJEMEN PERENCANAAN KURIKULUM"

Unknown on 16 Februari 2020 pukul 19.13 mengatakan...

mba gw tw itu cute, bagus, gemesin,tapi pusing juga liatnya mba, tulisan muter2 begitu... masukan aja sih, diilangin boleh lah, daripada yang baca pusing..

Posting Komentar


Got My Cursor @ 123Cursors.com
 

Rozaliha Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal