PENDAHULUAN
Perkembangan tidaklah
terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan
didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus
menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang
dimiliki individu menuju tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemaksaan, dan
belajar.
Perkembangan
menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari
tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu
bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk atau tahap
ke bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa
pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Perkembangan
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor. Secara garis besarnya,
faktor-fakrtor tersebut dibedakan atas dua faktor yaitu faktor Hereditas dan
faktor Lingkungan.
PEMBAHASAN
FAKTOR–FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas
tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan
dari pihak orang tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti
setruktur tubuh, warna kulit dan bentuk rambut) dan pshikis atau sifat-sifat
mental (seperti emosi, kecerdasan dan bakat).
Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu yang bersikap
bawaan dan memiliki potensi utuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan inividu
itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung pada
perkembangan hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya. Lingkungan
(environment) merupakan faktor penting di samping hereditas yang menentukan
perkembangan individu.
A.
FAKTOR HEREDITAS
Hereditas merupakan faktor pertama
yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai
“totalitas” karakteristik individu yang diwariskan orangtua pada anak, atau
segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimilki individu sejak masa
konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua
melalui gen-gen.
Setiap individu memulai kehidupannya
sebagai organisme yang bersel tunggal yang bentuknya sangat kecil, garis
tengahnya kurang lebih 1 atau 200 inci (1 atau 80 cm). Sel ini merupakan
perpaduan antara sel telur (ovum) yang berasal dari ibu dengan sperma (spermatozoid)
yang berasal dari ayah. Di dalam rahim, sel benih ini (yang telah dibuahi)
terus bertambah besar dengan jalan pembelahan sel menjadi organisme yang bersel
dua, empat, delapan, dan seterusnya sehingga setelah kurang lebih sembilan
bulan menjadi organisme yang sempurna.
Setiap sel tersebut memiliki inti
sel (nukleus) yang sangat kecil inti sel benih berlainan dengan sel yang
lainnya (sel badan). Sel-sel badan mempunyai unsur menggerakan otot,
menghubungkan saraf, menahan keseimabangan dan sebagainya. Sedangkan sel benih
mempunyai fungsi yang istimewa dan khusus, yaitu fungsi pertumbuhan
(pembentukan organisme baru). Hanya sel-sel benih yaang menentukan penurunan
sifat, sel-sel lain tidak menentukkan sifat.
Setiap sel benih mempunyai 48
kromosom (cromosom), yaitu benda seperti benang gen-gen (unsur-unsur keturunan
atau faktor-faktor dasar dalam pembawaan). Gen-gen inilah yang akan menentukkan
sifat-sifat individu, baik fisik maupun psikisnya. Jumlah gen-gen dalam satu
sel telur yang telah dibuahi sebanyak 10.000-15.000. (Yusuf, 2004: 31-32).
Genes Sebagai Pembawa Sifat Hereditas
Seperti telah dikatakan, setiap
kromosom terdiri dari rangkaian butir-butir yang menyerupai merjan. Genes
inilah yang merupakan unsur-unsur pembawa sifat hereditas. Jadi, apakah seorang
anak akan mempunyai kulit hitam atau kuning, rambut keriting atau kejur,
perawakan tinggi atau pendek, cerdas atau kurang cerdas, periang atau pemurung
ditentukkan oleh sifat-sifat yang ada pada genes ini. Penyelidikan dalam ilmu
genetika telah berhasil mengetahui lokalisasi dari genes-genes tertentu pada
kromosom tertentu. Diperkirakan bahwa alam setiap kromosom manusia terdapat
sekitar 3000 genes. Seperti halnya dengan kromosom, genes-genes inipun dalam
pasangan-pasangan, sebuah berasal dari ibu dan sebuah berasal dari ayah karena
kombinasi dari genes ini pada waktu konsepsi terjadi secara kebetulan, maka
dapatlah dimengerti mangapa sifat-sifat dasar anak - anak dari orangtua yang
sama tidak pernah sama, kecuali kalau mereka merupakan anak kembar yang berasal
dari sel telur. Begitu juga demikian nucleus ovum dan nucleus spermatozoid
bersatu pada waktu konsepsi (yang berarti pula bersatunya genes dari pihak ayah
dan genes dari pihak ibu menurut suatu cara tertentu), maka sifat-sifat anak
lahir ataupun batin, telah ditentukkan. Jika hal ini sudah terjadi, maka tak
ada kekuatan yang bisa mengubahnya. (Patty, 1982: 57-58)
B.
FAKTOR
LINGKUNGAN
Yang dimaksud lingkungan adalah
segala sesuatu yang mengelilingi individu di dalam hidupnya, baik dalam bentuk
lingkungan fisik seperti orangtuanya, rumahnya, kawan-kawan yang bermain,
masyarakat sekitarnya maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti
misalnya perasaan-perasaan yang dialaminya, cita-citanya, persoalan-persoalan
yang dihadapinya dan sebagainya. Sejak lahir, malahan sejak dalam kandungan,
seorang individu selalu dipengaruhi oleh lingkungannya. (Patty, 1982: 58)
1.
Lingkungan
Keluarga
a.
Pengertian
keluarga
Dalam nada yang sama, Sudardja Adiwikarta (1998: 66-67) dan
Sigelman dan Shaffer (1995: 390-391) berpendapat bahwa “keluarga merupakan unit
sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap
masyarakat di dunia (universet) atau suatu sistem sosial yang terpancang
(terbentuk) dalam sistem sosial yang lebih besar”. Bentuk atau pola keluarga,
yaitu:
1). Keluarga batin, inti (nuclear family), yang terdiri atas suami
atau ayah, istri atau ibu, dan anak-anak yang lahir dari pernikahan antara
keduanya dan yang belum berkeluarga (termasuk anak tiri jika ada).
2). Keluarga luas (extended family), yang keanggotaannya tidak
hanya meliputi suami, istri dan anak-anak yang belum berkeluarga, tetapi juga
termasuk kerabat lain yang biasanya tinggal dalam sebuah rumah tangga bersama,
seperti mertua (orangtua suami atau istri), adik, kakak ipar atau lainnya,
bahkan mungkin pembantu rumah tangga atau orang lain yang tinggal menumpang.
b.
Peranan dan
fungsi keluarga
Keluarga memiilki
peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan
orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan,
baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang
kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang
sehat. Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi
kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan
kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. (Yusuf, 2004: 35-37)
2.
Lingkungan
sekolah
Sekolah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perttumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya.
Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah
sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak karena di 100 sekolah mereka
dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan
jenis sekolahnya turut menentukkan pola pikir serta kepribadian anak. (Fauzi,
2004: 105).
3.
Lingkungan
kebudayaan
Latar
belakang budaya suatu bangsa sedikit banya juga mempengaruhi perkembangan
seesorang, misalnya latar belakang budaya desa, keadaan jiwanya masih murni,
masih yakin akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan, akan terlihat lebh tenang
karena jiwanya masih berada alam lingkungan kultur, kebudayaan bangsa sendiri
yang mengandung petunjuk-petunjuk dan falsafah yang diramu dari pandangan hidup
keagamaan. Lain halnya dengan sesorang yang hidup dalam kebudayaan kota yang
sudah dipengaruhi oleh kebudayaan asing. (Desmita, 2011: 31)
C.
ALIRAN-ALIRAN
DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
1.
Nativisme
Nativisme (nativism) adalah sebuah doktrin
filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh
utama aliran ini bernama Arthur Scopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman.
Aliran filsafat nativisme konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang
memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Mengapa demikian? Karena para
ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan
oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh
apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut Pesimisme
Paedagogis.
2.
Empirisme
Kebalikan dari aliran nativisme adalah
aliran empirisme (empirism) dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Doktrin
aliran empirisme yang amat masyur adalah tabula rasa sebuah istilah bahasa
latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank
tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pada pengalaman,
lingkungan dan pendidikan. Dalam arti, perkembangan manusia itu semata-mata
bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan
pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para
penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam
keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa
seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.
3.
Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan
gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme. Aliran ini
menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama
konvergensi bernama Louis William Stern (1871-1938), seorang filosof dan
psikolog Jerman.
Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia, Stern dan para ahli yang mengikutinya tidak hanya
berpegang pada lingkungan/pengalaman dan juga tidak berpegang pada pembawaan
saja, tetapi berpegang pada kedua faktor tersebut yang sama pentingnya. Faktor
pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula
sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor bakat pembawaan tak akan mampu
mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
Para penganut aliran konvergensi
berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan memiliki
andil sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang siswa
yang lahir dari keluarga santri atau kyai, umpamanya, kelak ia akan menjaadi
ahli agama apabila ia dididik di lingkungan pendidikan keagamaan. (Fauzi, 2004:
108-111)
PENUTUP
Simpulan
Faktor-fakor yang mempengaruhi
perkembangan diantaranya faktor Hereditas dan faktor lingungan. Hereditas
merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini
hereditas diartikan sebagai “totalitas” karakteristik individu yang diwariskan
orangtua pada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimilki
individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan
dari pihak orangtua melalui gen-gen. Sedangkan yang dimaksud lingkungan adalah
segala sesuatu yang mengelilingi individu di dalam hidupnya, baik dalam bentuk
lingkungan fisik seperti orangtuanya, rumahnya, kawan-kawan yang bermain,
masyarakat sekitarnya maupun dalam bentuk lingkungan psikologis.
Dalam faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan terdapat beberapa aliran diantaranya aliran Nativisme,
Empirisme dan Konvergensi. Menurut aliran Nativisme, aliran ini berkeyakinan
bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan
pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Sedangkan menurut aliran
Empirisme, perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan
pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap
tidak ada pengaruhnya dan menurut aliran Konvergensi, aliran ini gabungan antara aliran nativisme dengan
empirisme yang menyebutkan bahwa faktor pembawaan tidak berarti apa-apa jika
tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa
faktor bakat pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan
harapan.
Daftar Pustaka
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fauzi, Ahmad. 2004. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Patty.F. 1982. Psikologi Umum. Surabaya. Usana Offset Printing.
Yusuf, Syamsu.
2004. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
0 komentar on "faktor yang mempengaruhi perkembangan"
Posting Komentar