BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah dewasa ini masih berjalan secara klasikal, artinya
seorang guru didalam kelas menghadapi sejumlah besar siswa (antar 30-40 orang)
dalam waktu yang sama menyapaikan bahan pelajaran yang sama pula. Bahkan
metodenyapun satu metode yang sama untuk seluruh anak tersebut.
Dalam pengajaran klasikal seperti
ini guru beranggapan bahwa seluruh siswa satu kelas itu mempunyai kemampuan (ability), kesiapan dan kematangan (maturity), kesiapan dan kematangan serta
kecepatan belajar yang sama.
Dalam
sistem belajar-mengajar yang sifatnya klasikal (bersama-sama dalam suatu
kelas), guru harus berusaha agar proses belajar-mengajar mencerminkan
komunikasi dua arah. Mengajar bukan semata-mata merupakan pemberian informasi
seraya tanpa mengembangkan kemampuan mental, fisik, dan penampilan diri.
Oleh karena itu proses
belajar-mengajar dikelas harus dapat mengembangkan cara belajar siswa untuk
mendapatkan, mengelola, menggunakan, dan mengkomunikasikan apa yang telah
diperolehnya dalam proses belajar tersebut. oleh karenanya, penyusun mengambil
judul metode TGT agar metode yang digunakan guru tidak hanya 1 metode yang
dipakai untuk semua materi, metode TGT ini adalah salah satu metode yang baik
untuk diterapkan di sekolah.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran teams games tournament (TGT)?
2. Apa
saja langkah-langkah dalam TGT?
3. Bagaimana
dengan prosedur TGT?
4. Apa
saja variasi TGT?
5. Apa
yang dimaksud dengan kriteria kegiatan belajar mengajar?
6. Materi
apa cocok digunakan dalam menerapkan metode TGT?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan dalam penyusunan makalah ini
untuk mengetahui tentang pembelajaran dengan metode TGT, serta dapat dijadikan
pegangan bagi calon guru dan diaplikasikan oleh guru maupun calon guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Teams Games Tournament (TGT)
Tehnik
ini merupakan versi sederhana dari “Turnamen-permainan-tim” yang dikembangkan
oleh Robbert Slavin dan rekan-rekannya. Teknik ini menggabungkan kelompok
belajar dan kompetisi tim, dan bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran
beragam fakta, konsep, dan keterampilan. (Silberman,
2011:171)
Pembelajaran
kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement.
Aktivitas
belajar dengan model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan
keterlibatan belajar. (Hamdani, 2011:
92)
Menurut
Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim
lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat
disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan
yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Permainan
dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang
diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi
angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka
tersebut. turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan
(kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit
untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal
ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi
kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam ebntuk turnamen ini dapat berperan
sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi
pembelajaran.
TGT
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru
menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok merekamasing-masing. Dalam
kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompoknya. Apabila ada dari
anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas ang diberikan, maka anggota
kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau
menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
B. Langkah-langkah
dalam TGT
Menurut
Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan,
yaitu tahap penyajian kelas (class precentation),
belajar dalam kelompok (teams), permainan
(games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang
diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
b. Games tournament
c. Penghargaan
kelompok. (Rusman, 2012: 224-225)
Ada lima komponen utama
dalam TGT, yaitu sebagai berikut:
1. Penyajian
kelas
Pada
awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas. Biasanya,
dilakukan dengan pengajaran langsung atau ceramah dan diskusi yang dipimpin
guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik padasaat kerja kelompok dan padasaat game
karena skor game akan menentukan skor ke
2. Kelompok
(team)
Kelompok
biasanya terdiri atas empat sampai lima orang siswa yang anggotanya heterogen
dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, ras, atau teknik. Fungsi
kelompok adalah lebih mendalami materi bersamateman kelompoknya dan lebih
khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan
optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri
atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan
sederhanabernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan
yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar akan mendapat skor.
Skor ini dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Turnamen
dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Pada turnamen
pertama, guru membagi siswa kedalam bebrapa meja turnamen. Tiga siswa yang
tertinggi prestasinya dikelompokan pada meja I, tiga siswa selanjutnya padameja
II, dan seterusnya,
5. Team recognize (penghargaan
kelompok)
Guru
kemudian mengumumkan kelompok yang menang, dan masing-masing kelompok akan
mendaoat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan. Kelompok mendapat julukan “super
team” jika rata-rata skor mencapai 45 atau lebih, “great team” apabila rata-rata mencapai 40-45, dan “good team” apabila rata-ratanya 30-40. (Hamdani, 2011: 92-93)
C. Prosedur
1. Bagilah
siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan 2 hingga 8 siswa. Pastikan bahwa tim
memiliki jumlah yang sama. (jika ini tidak bisa dilakukan, anda harus merata-ratakan
skor dari tiap tim).
2. Berikan
materi kepadatim untuk dipelajari bersama.
3. Buatlah
beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman dan atau pengingatan akan materi
pelajaran. Gunakan format yang memudakan penilaian sendiri, misalnya, pilahan
ganda, mengisi titik-titik, benar/salah, atau definisi istilah. Dalam pelajaran
komputer, misalnya, siswa diberi sejumlah istilah seperti yang berikut ini
dipelajari:
Cascade :
cara menata jendela yang terbuka.
Icon :
gambar grafis yang mewakili unsur program.
Multitasking : kemampuan
komputer untuk menjalankan lebih dari satu program secara bersamaan.
Path :
lokasi file dalam cabang direktori.
Server :
sebuah komputer yang menyediakan ruang data atau printer bagi komputer-komputer lain.
Attribute :
informasi tentang file.
4. Berikan
sebagian pertanyaan kepada siswa. Sebutlah ini seabagi “ronde satu” dari
turnamen belajar. Tiap siswa harus menjawab pertanyaan secara perseorangan.
5. Setelah
pertanyaan diajukan, sediakan jawabannya dan perintahkan siswa untuk menghitung
jumlah pertanyaan yang mereka jawab dengan benar. Selanjutnya perintahkan
mereka untuk menyatukan skor mereka dengan tiap anggota tim merekauntuk
mendapat skor tim. Umumkan skor dari tiap tim.
6. Perintahkan
merekauntuk belajar lagi untuk ronde kedua dalam turnamen. Kemudian ajukan
pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari “ronde kedua.” Perintahkan tim untuk
sekali lagi menggabungkan skor merekadan menambahkannya ke skor mereka di ronde
pertama.
7. Anda
bisamembuat ronde sebanyak yang anda mau, namun pastikan untuk memberi kesempatan tim untuk menajalani sesi belajar
antar masing-masing ronde (lamanya turnamen belajar jugabisa bervariasi.
Bisa singkat selama 20 menit atau bahkan bebrapa jam).
D. Variasi
1. Beri
penalti kepada siswa yang memberi jawaban yang salah dengan memberi mereka skor
minus 2 atau minus 3. Jika mereka tidak yakin dengan jawabannya, lembar jawaban
kosong bisa dianggap 0 (nol).
2. Jadikan
pemeragaan sejumlah keterampilan sebagai dasar turnamen. (Silberman, 2011:171-172)
E. Kriteria
Kegiatan Belajar Mengajar
Untuk menentukan kegiatan-kegiatan belajar
mana yang akan dipilih, sebaiknya kita memperhatikan kriteria sebagai berikut:
1. Kegiatan
itu hendaknya dikenal oleh anak dan dirasakan kegunaannya oleh murid untuk
mencapai tujuan.
2. Kegiatan-kegiatan
itu dipahami oleh guru dalam menuntun anak-anak ke tujuan yang diinginkan.
3. Sesuai
dengan kematangan kelompok, merangsang, achivable,
menuju ke belajar yang baik.
4. Kegiatan
itu banyak varietasnya untuk memperkembangkan anak secara seimbang terhadap
banyaknya individu dan aktivitas kelompok.
5. Memungkinkan
penggunaan sumber-sumber sekolah dan masyarakat.
6. Kegiatan-kegiatan
itu sesuai dengan perbedaan-perbedaan ndividu. (Hamalik, 2009:24)
Guru dalam menyajikan bahan pelajaran
(terutama berupa konsep-konsep atau atau pengertian-pengertian yang esensial)
harus mengikutsertakan para siswanya secara aktif baik individual maupun
kelompok.
Keaktifan
siswa ini antara lain:
1.
Berbuat sesuatu untuk memahami materi
pelajaran dengan penuh keasyikan.
2.
Mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri
bagaimana memperoleh suatu pengetahuan.
3.
Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas
yang diberikan oleh guru kepadanya.
4.
Belajar dalam kelompok.
5.
Mencobakan sendiri konsep-konsep
tertentu.
6.
Mengkomunikasikan hasil pikiran,
penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisan tulisan atau penampilan. (Suryobroto, 1986: 129-130)
F. Kekurangan
dan kelebihan metode pembelajaran TGT
Kelebihan
dalam pembelajaran model kooperatif tipe
TGT adalah sebagai berikut:
1. Model
TGT tidak hanya membuat peseta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi)
lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan
akademi rendah jugaikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam
kelompoknya.
2. Dengan
model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai
sesama anggota kelompoknya.
3. Dalam
model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti
pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan
padapserta didik atau pada kelompok terbaik.
4. Dalam
pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam
mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa taurnamen dalam model
ini.
Kelemahan dalam model
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
1. Dalam
model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama.
2. Dalam
model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi pembelajaran
yang cocok untuk model ini.
3. Guru
harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya membuat
soal untuk setiap meja turnamen atau lombadan guru harus tahu urutan akademis
peserta didik dari tertinggi hingga terendah. (Rusman, 2011: 120-121)
G. Materi
Taharah BAB Wudhu
Perintah wajib berwudhu bersamaan
dengan perintah wajib shalat lima waktu, yaitu satu tahun setengah sebelum
tahhun hijriyah.
Syarat-syarat
Wudhu:
1. Islam
2. Mumayyiz,
karena wudhu itu merupakan ibadah yang wajib diniati, sedangkan orang yang
tidak beragama Islam dan orang yang belum mumayyiz tidak diberi hak untuk
berniat.
3. Tidak
berhadas besar.
4. 4.
Dengan air suci dan menyucikan.
5. Tidak
ada yang menghalangi sampainya air ke kulit, seperti getah dan sebagainya yang
melekat diatas kulit anggota wudhu.
Fardhu (rukun) wudhu.
1. Niat.
Hendaklah berniat (menyengaja) menghilangkan hadas atau menyengaja berwudhu.
2. Membasuh
muka, berdasarkan ayat diatas (Al-Maidah:6). Batas muka yang wajib dibasuh
ialah dari tempat tumbuh rambut kepala sebelah atas sampai kedua tulang dagu sebe;ah
bawah; lintangnya dari telinga ke telinga; seluruh bagian mukayang tersebut
tadi wajib dibasuh, tidak boleh tertinggal sedikitpun, bahkan wajib dilebihkan
sedikit agar kita yakin terbasuh semuanya. Menurut kaidah ahli fiqih, “sesuatu
yang hanya dengan dia tempat di sempurnakan yang wajib, maka hukumnya juga
wajib.”
3. Membasuh
dua tangan sampai ke sikut. Maksudnya, siku juga wajib dibasuh.
Keterangannyapun adalah ayat tersebut diatas (Al-Maidah:6).
4. Menyapu
sebagian kepala, walaupun hanya sebagaian kecil, sebaiknya tidak kurang dari
selebar ubun-ubun, baik yang disapu itu kulit kepala ataupun rambut. Alasannya
juga ayat tersebut.
5. Membasuh
dua telapak kaki sampai kedua mata kaki. Maksudnya, dua mata kaki juga wajib
dibasuh.
6. Mentertibkan
rukun-rukun diatas. Selain dari niat dan membasuh muka, keduanya wajib
dilakukan bersama-sama dan didahulukan dari yang lain.
Beberapa sunnah wudhu:
1. Membaca
“Bissmillah” pada permulaan wudhu.
2. Membasuh
kedua telapk tangan sampai pada pergelangan, sebelum berkumur-kumur.
3. Berkumur-kumur.
4. Memasukan
air kehidung.
5. Menyapu
seluruh kepala.
6. Menyapu
kedua telinga luar dan dalam.
7. Menyilang-nyilangi
jari kedua tangan dengan cara berpanca dan menyilang-nyilangi jari kaki dengan
kelingking tangan kiri, dimulai dari kelingking kaki kanan, disudahi pada
kelingking kaki kiri.
8. Mendahulukan
anggota kanan dari pada kiri.
9. Membasuh
setiap anggota 3x, berarti membasuh muka 3x, tangan 3x, dan seterusnya.
10. Berturut-turut
antara anggota. Yang dimaksudkan dengan berturut-turut disini ialah “sebelum
kering anggota pertama anggota kedua sudah dibasuh”, dan sebelum kering anggota
kedua, anggota ketiga sudah dibasuh pula, dan seterusnya.
11. Jangan
meminta pertolongan kepadaorang lain, kecuali jika terpaksa karena berhalangan,
misalnya sakit.
12. Tidak
diseka, kecuali apabila ada hajat, umpamanya sangat dingin.
13. Menggosok
anggota wudhu agar menjadi lebih bersih.
14. Menjaga
supaya percikan air itu jangan kembali kebadan.
15. Jangan
bercakap-cakap sewaktu berwudhu, kecuali apabila ada hajat.
16. Bersiwak
(bersugi atau menggosok gigi) dengan benda yang kesat, selain orang yang
berpuasa sesudah tergelincir matahari, lebih afdhol bersugi dengan kayu arak
(siwak). Disunnahkan juga bersugi pada tiap-tiap keadaan yang lebih diingini
dari pada segala pekerjaan lain, yaitu:
a. Tatkala
bau mulut berubah karenalapar, atau lama diam dan sebagainya.
b. Tatkala
bangun dari tidur, sebab orang yang bangun dari tidur itu biasanya berubah bau
mulutnya.
c. Tatkala
akan shalat.
17. Membaca
dua kalimat syahadat dan menghadap kiblat ketika wudhu.
18. Berdo’a
sesudah selesai wudhu.
19. Membaca
dua kalimat syahadat sesudah selesai wudhu.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif model TGT
adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement.
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
b. Games tournament
c. Penghargaan
kelompok.
Ada lima komponen utama
dalam TGT, yaitu penyajian kelas, kelompok (team),
game, turnamen dan team recognize (penghargaan
kelompok).
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik,
Oemar. 2009. Pendekatan Baru Strategi
Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset
Hamdani.
2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
CV Pustaka Setia
Rusman.
2011. Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Rusman.
2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Silberman,
Melvin L. 2011. Active Learning.
Bandung: Nuansa
Suryobroto.
19886. Metode Pengajaran Di Sekolah Dan
Pendekatan Baru Dalam Proses Belajar-Mengajar. Yogyakarta: Amarta Buku
Yogyakarta
0 komentar on "Model Pembelajaran TGT"
Posting Komentar