Senin, 05 Mei 2014

Model Pembelajaran Quantum Learning

Diposting oleh Rozaliha di 16.55


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
         Sekolah sebagai wahana pendidikan formal mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu mempersiapkan sekolah dengan segala sarana sekolah maupun prasarana pendidikan seperti perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat merupakan pekerjaan utama selain pekerjaan-pekerjaan yang lainnya.
         Dalam pembelajaran seringkali dijumpai adanya kecenderungan siswa yang tidak mau bertanya kepada guru, meskipun mereka sebenarnya belum mengerti tentang materi yang diasamaikan oleh guru. Masalah ini membuat guru kesulitan dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi. Dalam hal ini model Quantum learning diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan sikap positif siswa, motivasi belajar dan kepercayaan diri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan model Quantum learning?
2.      Bagaimanakah karakteristik model Quantum learning?
3.      Apa saja prinsip-prnsip Quantum learning?
4.      Bagaimana Quantum learning menurut perspektif Islam?
5.      Bagaimana penerapan Quantum learning dalam pembelajaran?
6.      Apa saja kelebihan dan kelemahan model Quantum learning?

C.     Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar para calon guru mengetahui model-model pembelajaran, terutama model Quantum Learning. Yang mana materi ini dapat dijadikan pedoman kelak esok sudah menjadi seorang guru.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
            Proses belajar/mengajar adalah fenomena yang kompleks, segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran, tindakan, asosiasi dan sampai sejauh mana anda menggubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran, sejak itu pula proses belajar berlangsung (Lazanov, 1978).
“Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”
            Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neuroinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan prilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif , faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan “pegangan” dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan.
            Quantum learning mengerahkan segenap usaha untuk menemukan cara belajar paling efektif dan cepat. Jadi dengan Quantum learning kita belajar cara belajar. Kita akan mendapatkan cara membaca cepat, menghafal cepat, menghafal cepat, dan menjadi kreatif sesuai dengan gaya kita masing-masing.
           


BAB III
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Quantum learning
            Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur. Quantum learning merupakan interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
            Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar didalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.
            Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan sugestology adalah “pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berfikir positif, kebugara fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif. (Alawiyah. 2000:14-16)
            Quantum learning telah menyelamatkan generasi muda dan tua dari bencana utra sekolah. Di era 90-an dan awal milenium ini, orang-orang telah terserang bencana ultra sekolah. Belajar hanya dapat dilakukan di ruang kelas sekolah. Ijazah sekolah adalah satu-satunya ukuran keberhasilan belajar. Dengan demikian belajar menjadi suatu beban yang sangat berat bagi pemuda. Ironisnya banyak pemuda yang tak tertarik dengan sekolah justru terlibat bencana narkoba.        Untunglah Quantum learning diperkenalkan oleh Bobbi DePorter. Quantum learning mengungkapkan bahwa setiap orang sebenarnya memiliki potensi otak yang sama besar dengan Einsten. Tinggal bagaimana kita mengolahnya, tak ada kata terlambat. Menurut Quantum learning, terdapat tiga tipe modalitas belajar manusia yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestesial. Bila seseorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melakukan pembelajaran yang sesuai maka belajar akan terasa sangat menyenangkan dan memberikan hasil yang optimal. Pembelajaran dapat dilakukan di berbagai tempat dan tidak harus mengambil bentuk kelas sekolah. (Agus. 2005:24)

B.       Karakteristik Quantum learning
Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok Quantum Learning sebagai berikut:
1.      Quantum Learning berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif, bukan teori fisika kuantum. Dapat dikatakan disini bahwa Quantum Learning tidak berkaitan erat dengan fisika kuantum, kecuali analogi beberapa konsep kuantum. Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.
2.      Quantum Learning lebih bersifat humanistis, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai, kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam perspektif humanistis.
3.      Quantum Learning lebih bersifat konstruktivistis, nuansa konstruktivisme dalam Quantum Learning relatif kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa Quantum Learning merupakan salah satu cerminan filsafat konstruktivisme kognitif, bukan konstruktivisme sosial. Meskipun demikian, berbeda dengan konstruktivisme kognitif lainnya yang kurang begitu mengedepankan atau mengutamakan lingkungan, Quantum Learning justru menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.
4.      Quantum Learning berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Atau lebih tepat dikatakan di sini bahwa Quantum Learning tidak memisahkan dan tidak membedakan antara apa yang di dalam dan apa yang di luar. Dalam pandangan Quantum Learning, lingkungan fisikal, mental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
5.      Quantum Learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam Quantum Learning. Karena itu, Quantum Learning memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam Quantum Learning.
6.      Quantum Learning sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya, menurut Quantum Learning, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.
7.      Quantum Learning sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan. Karena itu, pembelajaran harus dirancang, disajikan, dikelola, dan difasilitasi sedemikian rupa sehingga dapat diciptakan atau diwujudkan proses pembelajaran yang alamiah dan wajar. Di sinilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.
8.      Quantum Learning sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator. Dalam hubungan inilah perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai. Pengalaman yang asing bagi pembelajar tidak perlu dihadirkan karena hal ini hanya membuahkan kehampaan proses pembelajaran. Untuk itu, dapat dilakukan upaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu pihak dan pada pihak lain mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Hal ini perlu dilakukan secara seimbang.
9.      Quantum Learning memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah orkestra yang memainkan simfoni. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orkestra.
10.  Quantum Learning memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran, tidak bisa hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud kombinasi harmonis antara keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal.
11.  Quantum Learning menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu memiliki keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah belajar; kesalahan atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir segalanya. Dalam proses pembelajaran dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishment dan reward) tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai. Nilai dan keyakinan positif seperti ini perlu terus-menerus dikembangkan dan dimantapkan. Makin kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif yang dimiliki oleh pembelajar, kemungkinan berhasil dalam pembelajaran akan makin tinggi.
12.  Quantum Learning mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Di sinilah perlunya diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajar pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat dan metode pembelajaran.
13.  Quantum Learning mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.

C.       Prinsip Quantum Learning
1.      Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar).
2.      Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.

Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini.
1.     Ketahuilah bahwa segalanya berbicara: Dalam pembelajaran kuantum, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
2.     Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan: Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energy menjadi cahaya mempunyai tujuan.
3.     Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan: Poses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari.
4.     Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran: Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar.
5.     Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan: Segala sesuatu dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.
3.      Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran
lurus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandangan sebagai jantung fondasi pembelajaran kuantum. Ada beberapa prinsip keunggulan, yang juga disebut sebagai kunci keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran kuantum.
kunci keunggulan itu sebagai berikut:
1)      Teraplah Hidup dalam Integritas: Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu.
2)      Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan: Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil.
3)      Berbicaralah dengan Niat Baik: Dalam pembelajan, perlu dikembangkan ketrampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung.
4)      Tegaskanlah Komitmen: Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan.
5)      Jadilah Pemilik: Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
6)      Tetaplah Lentur: Dalm pembelajaran, pertahanan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar lebih-lebih , harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan.
7)      Pertahankanlah Keseimbangan: Dalam pembelajaran, pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.

D.      Quantum learning menurut perspektif Islam
            Hal paling berharga dalam belajar adalah mengadakan program bagaimana cara belajar. Untuk berhasilnya program ini tentunya melalui proses yang terarah dan bertujuan yakni mengarahkan anak didik kepada titik optimal kemampuannya. Di samping itu dalam penyajian materi harus mampu menyentuh jiwa dan akal peserta didik, sehingga mereka dapat mewujudkan nilai etis atau kesucian, yang merupakan nilai dasar bagi seluruh aktifitas manusia, sekaligus harus mampu melahirkan keterampilan dalam materi yang diterimanya.
             Dapat dikatakan bahwa tujuan Quantum Learning menurut pandangan Islam adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan Khalifah-Nya. Manusia yang dibina adalah mahluk yang memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan inmaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akal menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwa menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmani menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhuk dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan amal. (Quraisy. 1992:173)

E.       Penerapan Quantum Learning dalam Pembelajaran
Langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Learning dengan cara:
1.         Kekuatan Ambak
               Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan  diberi motivasi oleh guru agar siswa dapat mengidentifikasi dan mengetahui manfaat
atau makna dari setiap pengalaman atau peristiwa yang dilaluinya dalam hal ini adalah
proses belajar
2.      Penataan Lingkungan Belajar
               Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa aman dan nyaman, dengan perasaan aman dan nyaman ini akan menumbuhlkan konsentrasi belajar siswa yang baik. Dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa
3.         Memupuk Sikap Juara
               Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan pujian atau hadiah pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh siswa yang belum mampu  menguasai
4.         Bebaskan Gaya Belajarnya
               Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar. Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik.
Dalam quantum learning guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar
saja.

F.      Kelebihan Dan Kelemahan` Quantum Learning
1.       Kelebihan.
         Pembelajaran kuantum menekankan perkembangan akademis dan keterampilan. Dari sebuah pengalaman yang diselenggarakan oleh Learning Forum di Supercamp yang mempraktekkan pembelajaran kuantum ternyata murid-muridnya mendapat nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga pada diri mereka sendiri. Dalam pendekatan pembelajaran kuantum, pendidik mampu menyatu dan membaur pada dunia peserta didik sehingga pendidik bisa lebih memahami peserta didik dan ini menjadi modal utama yang luar biasa untuk mewujudkan metode yang lebih efektif yaitu metode belajar-mengajar yang lebih menyenangkan.
         Model pembelajarannyapun lebih santai dan menyenangkan karena ketika belajar sambil diiringi musik. Hal ini untuk mendukung proses belajar karena musik akan bisa meningkatkan kinerja otak sehingga diasumsikan bahwa belajar dengan diiringi musik akan mewujudkan suasana yang lebih menenangkan dan materi yang disampaikan lebih mudah diterima.
         Penyajian materi pelajarannya yang secara alami merupakan proses belajar yang paling baik yaitu terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari sehingga siswa berada pada zona nyaman untuk kemudian sedikit demi sedikit keluar dari zona nyaman untuk melakukan penjelajahan yang sesungguhnya yaitu kegiatan belajar itu sendiri.
         Pada pembelajaran kuantum, objek yang menjadi tujuan utama adalah siswa. Maka dari itu guru mengupayakan berbagai interaksi dan menyingkirkan hambatan belajar dengan cara yang tepat agar siswa dapat belajar secara mudah dan alami. Semua itu adalah bertujuan untuk melejitkan prestasi siswa.
         Quantum learning sebagai salah satu metode belajar dapat memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar metode Quantum Learning dengan teknik peta pikiran (mind mapping) memiliki manfaat yang sangat baik untuk meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) maupun potensi kreatif yang terdapat dalam diri siswa.
2.      Kelemahan
a.       Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.
b.      Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.
c.       Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak. (Buzan.2004:35)






  

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
            Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur. Quantum learning merupakan interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum learning diperkenalkan oleh Bobbi DePorter. Quantum learning mengungkapkan bahwa setiap orang sebenarnya memiliki potensi otak yang sama besar dengan Einsten. Tinggal bagaimana kita mengolahnya.
            Adapun karakteristik Quantum learning diantaranya: Berpangkal pada psikologi kognitif. bersifat humanistis. bersifat konstruktivistis. memadukan (mengintegrasikan). memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran  bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi fisikal atau material. menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
Langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Learning dengan cara:
1.      Kekuatan Ambak
2.      Penataan Lingkungan Belajar
3.      Memupuk Sikap Juara
4.      Bebaskan gaya belajarnya.



DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Alwiyah. 2000. Quantum Learning. Bandung: Kaifa
Nggermanto, Agus. 2005. Quantum Quotient. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia
Shihab, Quraisy. 1992. Membumikan al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan
Tony, Buzan.2004. Mind Map: Untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama





0 komentar on "Model Pembelajaran Quantum Learning"

Posting Komentar


Got My Cursor @ 123Cursors.com
 

Rozaliha Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal