BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sekolah sebagai wahana
pendidikan formal mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh
karena itu mempersiapkan sekolah dengan segala sarana sekolah maupun prasarana
pendidikan seperti perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas guru dan
peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat merupakan pekerjaan utama selain
pekerjaan-pekerjaan yang lainnya.
Dalam pembelajaran
seringkali dijumpai adanya kecenderungan siswa yang tidak mau bertanya kepada guru,
meskipun mereka sebenarnya belum mengerti tentang materi yang diasamaikan oleh
guru. Masalah ini membuat guru kesulitan dalam memilih model pembelajaran yang
tepat untuk menyampaikan materi. Dalam hal ini model Quantum learning
diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan sikap positif siswa, motivasi
belajar dan kepercayaan diri.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan model Quantum learning?
2. Bagaimanakah
karakteristik model Quantum learning?
3. Apa
saja prinsip-prnsip Quantum learning?
4. Bagaimana
Quantum learning menurut perspektif Islam?
5. Bagaimana
penerapan Quantum learning dalam pembelajaran?
6. Apa
saja kelebihan dan kelemahan model Quantum learning?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan
penyusunan makalah ini adalah agar para calon guru mengetahui model-model pembelajaran,
terutama model Quantum Learning. Yang mana materi ini dapat dijadikan pedoman
kelak esok sudah menjadi seorang guru.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Proses belajar/mengajar adalah
fenomena yang kompleks, segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran,
tindakan, asosiasi dan sampai sejauh mana anda menggubah lingkungan, presentasi
dan rancangan pengajaran, sejak itu pula proses belajar berlangsung (Lazanov,
1978).
“Bawalah dunia mereka ke dunia
kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”
Quantum
learning mencakup aspek-aspek penting dalam program
neuroinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur
informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan prilaku dan dapat
digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para
pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang
positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif , faktor penting untuk
merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukan dan
menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan “pegangan”
dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan.
Quantum
learning mengerahkan segenap usaha untuk menemukan cara
belajar paling efektif dan cepat. Jadi dengan Quantum learning kita belajar cara belajar. Kita akan mendapatkan
cara membaca cepat, menghafal cepat, menghafal cepat, dan menjadi kreatif
sesuai dengan gaya kita masing-masing.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Quantum learning
Quantum learning
adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk
semua umur. Quantum learning
merupakan interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Quantum learning berakar dari upaya Dr.
Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen
dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology”
atau “Suggestopedia”. Prinsipnya
adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar dan setiap
detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang
digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukan murid secara
nyaman, memasang musik latar didalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,
menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan
informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran
sugestif.
Istilah
lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan sugestology adalah “pemercepatan
belajar” (accelerated learning). Pemercepatan
belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan
kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi
kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak
mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berfikir positif, kebugara
fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk
menghasilkan pengalaman belajar yang efektif. (Alawiyah. 2000:14-16)
Quantum
learning telah menyelamatkan generasi muda dan tua dari
bencana utra sekolah. Di era 90-an dan awal milenium ini, orang-orang telah
terserang bencana ultra sekolah. Belajar hanya dapat dilakukan di ruang kelas
sekolah. Ijazah sekolah adalah satu-satunya ukuran keberhasilan belajar. Dengan
demikian belajar menjadi suatu beban yang sangat berat bagi pemuda. Ironisnya
banyak pemuda yang tak tertarik dengan sekolah justru terlibat bencana narkoba.
Untunglah Quantum learning diperkenalkan oleh Bobbi DePorter. Quantum
learning mengungkapkan bahwa setiap orang sebenarnya memiliki potensi otak yang
sama besar dengan Einsten. Tinggal bagaimana kita mengolahnya, tak ada kata
terlambat. Menurut Quantum learning,
terdapat tiga tipe modalitas belajar manusia yaitu tipe visual, auditorial, dan
kinestesial. Bila seseorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melakukan
pembelajaran yang sesuai maka belajar akan terasa sangat menyenangkan dan
memberikan hasil yang optimal. Pembelajaran dapat dilakukan di berbagai tempat
dan tidak harus mengambil bentuk kelas sekolah. (Agus. 2005:24)
B. Karakteristik
Quantum learning
Beberapa
karakteristik umum yang tampak membentuk sosok Quantum Learning sebagai berikut:
1. Quantum
Learning berpangkal pada psikologi
kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep
kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan
pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori
psikologi kognitif, bukan teori fisika kuantum. Dapat dikatakan disini bahwa Quantum
Learning tidak berkaitan erat dengan
fisika kuantum, kecuali analogi beberapa konsep kuantum. Hal ini membuatnya
lebih bersifat kognitif daripada fisis.
2. Quantum
Learning lebih bersifat humanistis,
manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan
pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat
berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada
karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai, kesalahan dipandang
sebagai gejala manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada
manusia dilihat dalam perspektif humanistis.
3. Quantum
Learning lebih bersifat konstruktivistis,
nuansa konstruktivisme dalam Quantum
Learning relatif kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa Quantum Learning merupakan salah satu
cerminan filsafat konstruktivisme kognitif, bukan konstruktivisme sosial.
Meskipun demikian, berbeda dengan konstruktivisme kognitif lainnya yang kurang
begitu mengedepankan atau mengutamakan lingkungan, Quantum Learning justru menekankan pentingnya peranan lingkungan
dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan
keberhasilan tujuan pembelajaran.
4. Quantum Learning berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengolaborasikan
faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan
mental) sebagai konteks pembelajaran. Atau lebih tepat dikatakan di sini bahwa Quantum Learning tidak memisahkan dan
tidak membedakan antara apa yang di dalam dan apa yang di luar. Dalam pandangan
Quantum Learning, lingkungan fisikal,
mental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan saling
mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi
diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulan yang seimbang agar
pembelajaran berhasil baik.
5. Quantum
Learning memusatkan perhatian pada
interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat
dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam Quantum Learning. Karena itu, Quantum Learning memberikan tekanan pada
pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan
bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan
interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan
pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi
keberhasilan pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi
cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses pembelajaran.
Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam Quantum Learning.
6. Quantum
Learning sangat menekankan pada
pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini
pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya,
menurut Quantum Learning, proses
pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu,
segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran harus
disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat, cara, dan
teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang
menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan
sebagainya. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran
harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang
mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola
sebaik-baiknya.
7. Quantum
Learning sangat menekankan kealamiahan
dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang
dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar,
sehat, rileks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan dan
kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan. Karena itu,
pembelajaran harus dirancang, disajikan, dikelola, dan difasilitasi sedemikian
rupa sehingga dapat diciptakan atau diwujudkan proses pembelajaran yang alamiah
dan wajar. Di sinilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja
secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran.
8. Quantum
Learning sangat menekankan kebermaknaan
dan kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna
dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Sebab itu, segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan
dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator.
Dalam hubungan inilah perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan
berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi
secara memadai. Pengalaman yang asing bagi pembelajar tidak perlu dihadirkan
karena hal ini hanya membuahkan kehampaan proses pembelajaran. Untuk itu, dapat
dilakukan upaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu
pihak dan pada pihak lain mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia
pembelajar. Hal ini perlu dilakukan secara seimbang.
9. Quantum
Learning memiliki model yang memadukan
konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang
memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau
mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian
yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar untuk belajar, dan
keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak terpisahkan, saling mendukung,
bagaikan sebuah orkestra yang memainkan simfoni. Pemisahan keduanya hanya akan
membuahkan kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara
fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya
permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orkestra.
10. Quantum
Learning memusatkan perhatian pada
pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal
atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara
seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran, tidak bisa hanya salah
satu di antaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan
hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun
lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar. Untuk
itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud kombinasi
harmonis antara keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal.
11. Quantum
Learning menempatkan nilai dan keyakinan
sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu,
proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai
dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran. Di samping itu,
proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri
pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses
pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu memiliki keyakinan bahwa kesalahan
atau kegagalan merupakan tanda telah belajar; kesalahan atau kegagalan bukan
tanda bodoh atau akhir segalanya. Dalam proses pembelajaran dikembangkan nilai
dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishment
dan reward) tidak diperlukan karena
setiap usaha harus diakui dan dihargai. Nilai dan keyakinan positif seperti ini
perlu terus-menerus dikembangkan dan dimantapkan. Makin kuat dan mantap nilai
dan keyakinan positif yang dimiliki oleh pembelajar, kemungkinan berhasil dalam
pembelajaran akan makin tinggi.
12. Quantum
Learning mengutamakan keberagaman dan
kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat
dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Di sinilah perlunya diakui
keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya
aktivitas-aktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam
kiat dan metode pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman
gaya belajar pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat
dan metode pembelajaran.
13. Quantum
Learning mengintegrasikan totalitas tubuh
dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran
membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
(http://budiman2013.blogspot.com/2013/05/karakteristik-umum-quantum-learning.html.diunduh pada tanggal 5 April 2014)
C. Prinsip
Quantum Learning
1. Prinsip
utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam
Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka
(Pembelajar).
2. Dalam pembelajaran
kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan
orchestra simfoni.
Prinsip-prinsip
dasar ini ada lima macam berikut ini.
1. Ketahuilah
bahwa segalanya berbicara: Dalam pembelajaran kuantum, segala sesuatu mulai lingkungan
pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru,
mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran,
semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
2. Ketahuilah
bahwa segalanya bertujuan: Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energy
menjadi cahaya mempunyai tujuan.
3. Sadarilah
bahwa pengalaman mendahului penamaan: Poses pembelajaran paling baik terjadi
ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna
untuk apa yang mereka pelajari.
4. Akuilah
setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran: Pembelajaran atau belajar
selalu mengandung risiko besar.
5. Sadarilah
bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan: Segala sesuatu
dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.
3.
Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa
pembelajaran
lurus
berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain pembelajaran perlu
diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini
bahkan telah dipandangan sebagai jantung fondasi pembelajaran kuantum. Ada
beberapa prinsip keunggulan, yang juga disebut sebagai kunci keunggulan yang
diyakini dalam pembelajaran kuantum.
kunci keunggulan itu sebagai berikut:
1)
Teraplah Hidup dalam Integritas: Dalam pembelajaran,
bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan
perilaku kita menyatu.
2)
Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan: Dalam
pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan
dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih
lanjut sehingga kita dapat berhasil.
3)
Berbicaralah dengan Niat Baik: Dalam pembelajan, perlu
dikembangkan ketrampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab
atas komunikasi yang jujur dan langsung.
4)
Tegaskanlah Komitmen: Dalam pembelajaran, baik
pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap
pada rel yang telah ditetapkan.
5)
Jadilah Pemilik: Dalam pembelajaran harus ada tanggung
jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna
dan bermutu.
6)
Tetaplah Lentur: Dalm pembelajaran, pertahanan
kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Pembelajar lebih-lebih , harus pandai-pandai membaca lingkungan dan
suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana
diperlukan.
7)
Pertahankanlah Keseimbangan: Dalam pembelajaran,
pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran
agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.
(http://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/29/model-pembelajaran-quantum-quantum-learning/. Diunduh pada tanggal 5 April 2014)
D. Quantum
learning menurut perspektif Islam
Hal paling berharga dalam belajar
adalah mengadakan program bagaimana cara belajar. Untuk berhasilnya program ini
tentunya melalui proses yang terarah dan bertujuan yakni mengarahkan anak didik
kepada titik optimal kemampuannya. Di samping itu dalam penyajian materi harus
mampu menyentuh jiwa dan akal peserta didik, sehingga mereka dapat mewujudkan
nilai etis atau kesucian, yang merupakan nilai dasar bagi seluruh aktifitas
manusia, sekaligus harus mampu melahirkan keterampilan dalam materi yang
diterimanya.
Dapat dikatakan bahwa tujuan Quantum Learning
menurut pandangan Islam adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya
sebagai hamba Allah dan Khalifah-Nya. Manusia yang dibina adalah mahluk yang memiliki
unsur-unsur material (jasmani) dan inmaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akal
menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwa menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan
pembinaan jasmani menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur
tersebut, terciptalah makhuk dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan
akhirat, ilmu dan amal. (Quraisy.
1992:173)
E.
Penerapan Quantum Learning dalam Pembelajaran
Langkah-langkah
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep
Quantum Learning dengan cara:
1.
Kekuatan Ambak
Ambak adalah motivasi
yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat
suatu keputusan. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar
karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada.
Pada langkah ini siswa
akan diberi motivasi oleh guru
agar siswa dapat mengidentifikasi dan mengetahui manfaat
atau makna dari setiap pengalaman atau peristiwa yang dilaluinya dalam hal ini adalah proses belajar
atau makna dari setiap pengalaman atau peristiwa yang dilaluinya dalam hal ini adalah proses belajar
2.
Penataan Lingkungan Belajar
Dalam proses belajar dan mengajar
diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat
siswa merasa aman dan nyaman, dengan perasaan aman dan nyaman ini akan
menumbuhlkan konsentrasi belajar siswa yang baik. Dengan penataan lingkungan
belajar yang tepat juga dapat mencegah
kebosanan dalam diri siswa
3.
Memupuk Sikap Juara
Memupuk sikap juara perlu
dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa, seorang guru hendaknya jangan
segan-segan untuk memberikan pujian atau hadiah pada siswa yang telah berhasil
dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh siswa yang belum mampu menguasai
4.
Bebaskan Gaya Belajarnya
Memupuk sikap juara perlu
dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar. Ada berbagai macam gaya belajar
yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu: visual,
auditorial
dan kinestetik.
Dalam
quantum learning guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada
siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar
saja.
saja.
F.
Kelebihan Dan Kelemahan` Quantum Learning
1.
Kelebihan.
Pembelajaran kuantum menekankan
perkembangan akademis dan keterampilan. Dari sebuah pengalaman yang
diselenggarakan oleh Learning Forum di Supercamp yang mempraktekkan
pembelajaran kuantum ternyata murid-muridnya mendapat nilai yang lebih baik,
lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga pada diri mereka sendiri.
Dalam pendekatan pembelajaran kuantum, pendidik mampu menyatu dan membaur pada
dunia peserta didik sehingga pendidik bisa lebih memahami peserta didik dan ini
menjadi modal utama yang luar biasa untuk mewujudkan metode yang lebih efektif
yaitu metode belajar-mengajar yang lebih menyenangkan.
Model pembelajarannyapun lebih santai dan
menyenangkan karena ketika belajar sambil diiringi musik. Hal ini untuk
mendukung proses belajar karena musik akan bisa meningkatkan kinerja otak
sehingga diasumsikan bahwa belajar dengan diiringi musik akan mewujudkan
suasana yang lebih menenangkan dan materi yang disampaikan lebih mudah
diterima.
Penyajian materi pelajarannya yang secara
alami merupakan proses belajar yang paling baik yaitu terjadi ketika siswa
telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka
pelajari sehingga siswa berada pada zona nyaman untuk kemudian sedikit demi
sedikit keluar dari zona nyaman untuk melakukan penjelajahan yang sesungguhnya
yaitu kegiatan belajar itu sendiri.
Pada pembelajaran kuantum, objek yang
menjadi tujuan utama adalah siswa. Maka dari itu guru mengupayakan berbagai
interaksi dan menyingkirkan hambatan belajar dengan cara yang tepat agar siswa
dapat belajar secara mudah dan alami. Semua itu adalah bertujuan untuk
melejitkan prestasi siswa.
Quantum learning sebagai salah satu metode
belajar dapat memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan
lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang.
Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri
seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar metode
Quantum Learning dengan teknik peta pikiran (mind mapping) memiliki manfaat
yang sangat baik untuk meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) maupun
potensi kreatif yang terdapat dalam diri siswa.
2. Kelemahan
a. Memerlukan
dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.
b. Memerlukan
proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana
dengan cara yang lebih baik.
c. Adanya
keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan kondisi
serta waktu yang lebih banyak. (Buzan.2004:35)
BAB
IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Quantum learning
adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk
semua umur. Quantum learning
merupakan interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum learning diperkenalkan oleh
Bobbi DePorter. Quantum learning mengungkapkan bahwa setiap orang sebenarnya
memiliki potensi otak yang sama besar dengan Einsten. Tinggal bagaimana kita
mengolahnya.
Adapun
karakteristik Quantum learning diantaranya: Berpangkal pada psikologi kognitif. bersifat humanistis. bersifat
konstruktivistis. memadukan
(mengintegrasikan). memusatkan
perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran bukan keartifisialan atau keadaan
yang dibuat-buat. menekankan
kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan
hidup dan prestasi fisikal atau material. menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
Langkah-langkah
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep
Quantum Learning dengan cara:
1.
Kekuatan Ambak
2.
Penataan Lingkungan Belajar
3.
Memupuk Sikap Juara
4.
Bebaskan gaya belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Alwiyah. 2000. Quantum Learning. Bandung: Kaifa
Nggermanto, Agus. 2005. Quantum Quotient. Bandung: Yayasan
Nuansa Cendekia
Shihab, Quraisy. 1992. Membumikan al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan
Tony, Buzan.2004. Mind Map: Untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
http://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/29/model-pembelajaran-quantum-quantum-learning/.
Diunduh pada tanggal 5 April 2014
http://budiman2013.blogspot.com/2013/05/karakteristik-umum-quantum-learning.html.diunduh pada
tanggal 5 April 2014
0 komentar on "Model Pembelajaran Quantum Learning"
Posting Komentar