Minggu, 05 Juli 2015

Hakikat Manusia dan Pendidikan dalam Perspektif Islam

Diposting oleh Rozaliha di 20.34


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang paling unik dibandingkan dengan makhluk lainnya, sehingga sangat menarik untuk dikaji. Disadari ataupun tidak kita seringkali mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendasar seperti “apakah tujuan hidup kita?”. Pertanyaan ini biasanya disebut dengan pertanyaan eksistensial. Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada beberapa cara yang dapat ditempuh baik melalui dogma-dogma agama yang tertuang dalam teks-teks suci kegamaan maupun melalui metode ilmiah atau biasa kita sebut dengan sains atau kita melakukan penalaran filsafatis.
Bila kita mencari jawabannya melalui dogma-dogma agama maka jalan ini tidak akan membawa pada kepuasan intelektual karena Religions way of knowledge yang seringkali tidak menggunakan argumentasi yang kritis disamping dominannya klaim kebenaran (truth claim) apalagi bila kita dihadapkan dengan pluralitas paham keagamaan, maka hal ini akan membawa kita kepada kebingungan. Sedangkan jika kita melalui jalan sains maka jawaban yang diperoleh adalah jawaban yang positivistik, alih-alih mengungkapkan sisi kemanusiaan kita yang dinamis malah yang terjadi adalah gambaran manusia yang operasionalistik-mekanistik dan ini akan mereduksi kompleksitas dimensi keberadaan manusia. Untuk mengantisipasi kedua hal di atas maka kita dapat menggunakan penalaran filsafatis karena filsafat dapat mengatasi cara berpikir dogmatik dari agama dan cara berpikir positivistik dari sains, dengan tidak menafikan fungsi dari agama dan sains. Agama dan sains dapat dijadikan titik pangkal yang kemudian diperluas dan dielaborasi lanjut dengan pisau filsafat. Walaupun kita menggunakan pisau filsafat ini tidak berarti bahwa kita secara mutlak telah sampai pada gambaran manusia apa adanya. Filsafat tidak bertendensi untuk mencari jawaban final tetapi untuk mencari kemungkinan pertanyaan-pertanyaan baru.
Salah satu titik pangkal (initial point) dari semua pembahasan filsafat adalah pengakuannya akan realitas, tergantung pada aliran filsafat yang bersangkutan apakah realitas yang dimaksud di sini hanyalah realitas material atau juga termasuk realitas ide, abstrak atau yang immaterial. Tapi di sini kita tidak akan mempertajam membahas hal tersebut.
Kita mungkin telah mengetahui apakah secara teoritif ataupun secara intuitif bahwa hal yang paling mendasar dari segala realitas apakah itu diri kita ataupun benda-benda yang ada di sekitar kita atau realitas imajinal yang kita beri pengakuan padanya adalah keberadaan atau eksisteninya. Keberadaan adalah fondasi atau prasyarat dari segala hal yang terjadi dalam realitas. Kalau kita membawanya ke dalam bahasa yang agak religius, keberadaan adalah limpahan anugerah paling awal yang diterima oleh realitas ini sebelum realitas tersebut melakukan atau dikenai kejadian apapun.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hakikat manusia dalam perspektif Islam?
2.      Bagaimana hakikat pendidikan dalam kehidupan manusia dalam perspektif Islam?
3.      Bagaimana fungsi pendidikan dalam kehidupan manusia dalam perspektif Islam?

C.     Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk mengetahui:
1.      Hakikat manusia dalam perspektif Islam
2.      Hakikat pendidikan dalam kehidupan manusia dalam perspektif Islam
3.      Fungsi pendidikan dalam kehidupan manusia dalam perspektif Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat manusia perspektif Islam
Manusia merupakan makhluk yang paling unik jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Ini disebabkan oleh adanya potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Potensi dan kemampuan itulah yang mengantarkannya pada kesempurnaan dan kebahagiaan. Diantara keunikan tersebut ialah sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa tokoh filsafat, yaitu Socrates mengemukakan bahwa pada diri manusia terpendam jawaban mengenai berbagai persoalan dunia. Tetapi seringkali manusia itu tidak menyadari bahwa dalam diri terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan yang dipertanyakannya.[1]
Hakikat manusia menurut al-Qur’an ialah bahwa manusia itu terdiri dari unsur jasmani, unsur akal, dan unsur ruhani. Ketiga unsur tersebut sama pentingnya untuk di kembangkan. Sehingga konsekuensinya pendidikan harus di desain untuk mengembangkan jasmani, akal, dan ruhani manusia.
Unsur jasmani merupakan salah satu esensi ( hakikat ) manusia sebagai mana dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-baqarah ayat 168 yang artinya “ Hai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dari bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan karena sesungguhnya syuetan itu adalah musuh yang nyata bagimu“.
Akal adalah salah satu aspek terpenting dalam hakikat manusia. Akal digunakan untuk berpikir, sehingga hakikat dari manusia itu sendiri adalah ia mempunyai rasa ingin, mempunyai rasa mampu, dan mempunyai daya piker untuk mengetahui apa yang ada di dunia ini.
Sedangkan aspek ruhani manusia di jelaskan dalam al-Qur’an surat al-Hijr ayat 29 yang artinya “ Tatkala aku telah menyempurnakan kejadiannya, aku tiupkan kedalamnya ruhku.kedalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “Dalam hal ini muhammad Quthub menyimpulkan bahwa eksistensi manusia adalah jasmani, akal, dan ruh, yang mana ketiganya menyusun manusia menjadi satu kesatuan.
Definisi tentang manusia akan banyak kita jumpai dalam berbagai literatur, terutama pada kajian filsafat dan antropologi. Dalam bidang Humaniora, Dr. Alexis Carrel (peletak dasar humaniora barat) mengatakan bahwa manusia adalah makhluq yang misterius, karena derajat keterpisahan manusia dari dirinya berbanding terbalik dengan perhatiannya yang demikian tinggi terhadap dunia yang ada di luar dirinya.[2]
Kedudukan manusia di dunia adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai khalifatullah.
Di samping peran dan fungsi manusia sebagai khalifah Allah, ia juga sebagai hamba Allah. Seorang hamba berarti orang yang taat dan patuh kepada perintah tuannya, Allah SWT. Esensi dari ‘Abd adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalam ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan.
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai khalifatullah.
Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu manusia pun di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”. Jabatan-jabatan lain yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan pokok sebagai khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah, maka tidak ada satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga tidak ada satu manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-penyimpangan selama dia menjabat.
Jabatan manusia sebagai khalifah adalah amanat Allah. Jabatan-jabatan duniawi, misalkan yang diberikan oleh atasan kita, ataupun yang diberikan oleh sesama manusia, adalah merupakan amanah Allah, karena merupakan penjabaran dari khalifatullah. Sebagai khalifatullah, manusia harus bertindak sebagaimana Allah bertindak kepada semua makhluknya.
Pada hakikatnya, kita menjadi khalifatullah secara resmi adalah dimulai pada usia akil baligh sampai kita dipanggil kembali oleh Allah. Manusia diciptakan oleh Allah di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Lantas, apakah manusia ketika berada di dalam rahim ibunya tidak menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba? Apakah janin yang berada di dalam rahim itu tidak beribadah?
Pada dasarnya, semua makhluk Allah di atas bumi ini beribadah menurut kondisinya. Paling tidak, ibadah mereka itu adalah bertasbih kepada Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah:
Yushabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh.
Bebatuan, pepohonan, gunung, dan sungai misalkan, semuanya beribadah kepada Allah dengan cara bertasbih. Dalam hal ini, janin yang berada di dalam rahim ibu beribadah sesuai dengan kondisinya, yaitu dengan cara bertasbih. Ketika Allah akan meniupkan roh ke dalam janin, maka Allah bertanya dulu kepada janin tersebut. Allah mengatakan “Aku akan meniupkan roh ke dalam dirimu. Tetapi jawab dahulu pertanyaan-Ku, baru Aku akan tiupkan roh itu ke dalam dirimu. Apakah engkau mengakui Aku sebagai Tuhanmu?” Lalu dijawab oleh janin tersebut, “Iya, aku mengakui Engkau sebagai Tuhanku.”
Dari sejak awal, ternyata manusia itu sebelum ada rohnya, atau pada saat rohnya akan ditiupkan, maka Allah menanyakan dahulu apakah si janin mau mengakui-Nya sebagai Tuhan. Jadi, janin tersebut beribadah menurut kondisinya, yaitu dengan bertasbih kepada Allah. Tidak ada makhluk Allah satupun yang tidak bertasbih kepada-Nya.
Manusia mulai melakukan penyimpangan dan pembangkangan terhadap Allah yaitu pada saat ia berusia akil baligh hingga akhir hayatnya. Tetapi, jika kita ingat fungsi kita sebagai khalifatullah, maka takkan ada manusia yang melakukan penyimpangan.
Seperti itulah penggambaran kedudukan manusia dalam islam, manusia diciptakan sebagai sesuatu yang sempurna dan sesuatu yang baik, akan menjadi apa saat mereka menjalani kehidupan ini adalah pilihan mereka sendiri yang akan dipertanggung jawabkanya di akhirat nanti.[3]

B.     Hakikat Pendidikan dalam kehidupan manusia perspektif Islam
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan  kehidupan  manusia.  Pendidikan  sebagai  salah  satu  kebutuhan,  fungsi sosial, pencerahan, bimbingan, sarana pertumbuhan yang  mempersiapkan dan membukakan  serta  membentuk  disiplin  hidup.  Hal  demikian  membawa pengertian bahwa bagaimanapun sederhananya suatu komunitas manusia, ia akan memerlukan adanya pendidikan. Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia.[4]
Pendidikan  dapat  diartikan  sebagai  bimbingan  secara  sadar  oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani  dan  rohani  peserta  didik  menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan  dipandang sebagai  salah  satu  aspek  yang  memiliki  peranan  pokok  dalam  membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.[5]
Bagi filsafat pendidikan penentuan sikap dan tanggapan tentang manusia merupakan hal yang amat penting dan vital. Sebab manusia merupakan unsur terpenting dalam usaha pendidikan. Tanpa tanggapan dan sikap yang jelas tentang manusia pendidikan akan merasa raba.
Bahkan pendidikan itu sendiri itu dalam artinya yang paling asas tidak lain adalah usaha yang dicurahkan untuk menolong manusia menyingkap dan menemukan rahasia alam memupuk bakat dan dan mengarahkan kecendrungannya demi kebaikan diri dan masyarakat . usaha itu berakhir dengan berlakunya perubahan yang di kehendaki dari segi social dan psikologis serta sikap untuk menempuh hidup yang lebih berbahagia dan berarti.
Manusia mengalami proses pendidikan terus berlangsung sampai mendekati waktu ajalnya. Proses pendidikan adalah life long education yang dilihat dari segi kehidupan masyarakat dapat dikatakan ebagai proses yang tanpa akhir.
Bila dipandang dari segi kemampuan dasar pedagogis, manusia dipandang sebagai “homo edukadum” mahluk yang harus dididik, atau bisa disebut “animal educabil ” mahluk sebangsa binatang yang bisa dididik, maka jelaslah bahwa manusia itu sendiri tidak dapat terlepas dari potensi psikologis yang dimiliknya secara individual berbeda dalam abilitas dan kapabilitasnya, dari kemampuan individual lainnya. Dengan berbedanya kemampuan untuk dididk itulah fungsi pendidikan pada hakikatnya adalah melakukan seleksi melalui proses pendidikan atas pribadi manusia.
Dari segi sosial psikologis manusia dalam proses pendidikan juga dapat dipandang sebagai mahluk yang sedang tumbuh dan berkembangdalam proses komonikasi antara individualitasnya dengan orang lain atau lingkungan sekitar dan proses membawanya kea rah pengembangan sosialitas dan moralitasnya. Sehingga dalam proses tersebut terjadilah suatu pertumbuhan atau perkembangan secara dealiktis atau secara interaksional antara individualitas dan sosialitas serta lingkungan sekitarnya sehingga terbentuklah suatu proses biologis, sosiologis, dan psikologis.[6]
Kemampuan belajar manusia sangat berkaitan dengan kemampuan manusia untuk mengetahui dan mengenal terhadap obyek-obyek pengamatan melalui panca indranya. Membahas kemampuan mengetahui dan mengenal tidak dapat terlepas dari filsafat dalam bidang epistimologi. Karena filsfat ini menunjukkan kepada kita betapa dan sejauh mana manusia dapat mengetahui dan mengenal obyek-obyek pengamatan disekitarnya. Apa pengetahuan itu, cara mengetahui, dan memperoleh pengetahuan serta berbagai jenis pengalaman indrawi.
Panca indera manusia adalah merupakan alat kelengkapan yang dapat membuka kenyataan alam sebagai sumber pengetahuannya yang memunkinkan dirinya untuk menemukan hakikat kebenaran yang diajarkan oleh agamanya atau oleh Tuhannya. Panca indera manusia merupakan pintu gerbang dari pengetahuan yang makin berkembang. Oleh karena itu Allah mewajibkan panca indera manusia untuk digunakan menggali pengetahuan.
Dalam hal ini islam lebih cenderung untuk menegaskan bahwa perpaduan antara kemampuan jiwa dan kenyataan materi sebagai realita merupakan sumber proses “mengetahui” manusia yang keduanya merupakan “kebenaran”menurut ukuran proses hidup manusiawi bukan Ilahi. Kebenaran yang hakiki hanyalah Tuhan sendiri, dan kebenaran hakiki inilah yang menciptakan segala kenyataan alami dan manusiawi dengan diberi mekanisme hukum-hukumnya sendiri. Bila Ia menghendaki mekanisme itu bisa di rubah menurut kehendaknya.
Al-Qur’an memandang bahwa manusia adalah makhluk biologis, psikologis dan sosial. Manusia sebagai basyar tunduk pada taktir Allah, sama dengan makhluk lainnya. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan illahi atau roh Allah yang memiliki keterbatasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah. Pemikiran tentang hakikat manusia dibahas dalam filsafat manusia. Agaknya, manusia sendiri tak henti-hentinya memikirkan dirinya sendiri dan mencari jawab akan apa, dari mana dan mau kemana manusia itu. Pemahaman yang tak utuh tentang manusia dapat berakibat fatal bagi perl;akuan seseorang terhadap sesamanya, misalnya saja pandangan bahwa manusia merupakan fase lanjutan dari spesies tertentu yang mengalami evolusi dan natural selection, akan berimpikasi pada keyakinan bahwa manusia akan terus berkembang menuju penyempurnaan spesies.
Meskipun Islam memandang dalam dua dimensi, yakni jasad dan roh atau mateial dan spritual, lebih dari itu, Islam secara tegas mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah, dapat dididik dan mendidik, hamba Allah yang mulia, berfungsi sebagai pemimpin atau pengelola bumi, dan terakhir dalam keadaan suci atau memiliki kecendrungan menerima agama atau fitrah. Berbeda dengan binatang yang Cuma memiliki nafsu dan insting hewani, nafsu yang ada dalam diri manusia diimbangi dengan potensi akal untuk berfikir dan menimbang apakah sesuatu itu baik atau buruk, membahayakan atau tidak, sedemikian hingga manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya tadi dan tidak berjerumus pada perbuatan tercela. Muslim kaffah tidaklah identik dengan superman dan spideman yang ditokohkan sebagai pahlawan pembela kebenaran dan kekuatan super tak terkalahkan. Gambaran manusia seperti itu menyesatkan, karena disamping manusia memiliki keistimewaan juga memiliki kelemahan.
Kesadaran bahwa manusia hidup didunia sebagai makhluk ciptaan Allah dapat menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah tuhan. Oleh sebab itu ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak ada perhambaan antarmanusia. Jadi, seorang istri tidak menghamba pada suami, dan seorang rakyat tidak menghamba pada pemerintah. Baginya, yang patut menerima penghambaan dari manusia tak lain adalah Allah. Justru, Allah tidak menciptakan manusia selain untuk menghamba atau beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu tidak berlaku konsep manusia sebagai homo homoni lapas atau manusia sebagai pemangsa bagi manusia yang lain. Tidak ada keistimewaan antara manusia dengan manusia yang lain kecuali karena ketaqwaannya kepada Allah. Meskipun demikian, kelebihan dan kemuliaan manusia tidaklah bersifat babadi, tergantung pada sikap dan perbuatannya. Jika manusia tersebut berbuat kerusakan dan berakhlak madzmumah, karunia kemuliaan berupa akal, hati dan panca inderanya tidak dipergunakan semestinya, maka predikat kemanusiaannya turun ketingkat yang paling rendah, bahwa lebih rendah dari hewan ternak. Disamping kelebihan, manusia memiliki aspek kelemahan misalnya kikir, paling banyak membantah, penuh keluh kesah, memiliki hawa nafsu yang mengajak pada kejahatan, mudah putus asa dan tidak berterimakasih. Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan pada hari kiamat nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri. Ini membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah itu memiliki kebebasan individual atas dirinya sendiri namun tetap bertanggung jawab atas segala perbuatanya.
Sebagai khalifah, manusia muslim dimaksudkan tampil dibumi ini dengan wajahnya yang ramah dan anggun untuk memimpin, mengelola dan memakmurkan bumi. Bila hal tersebut tidak dilakukan, maka fungsi khalifah tadi dapat diambil oleh manusia dan golongan yang lain.[7]
 Pada intinya hakekat manusia adalah sebagai berikut :
a)      Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b)      Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya serta mampu menentukan nasibnya.
c)      Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
d)     Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
e)      Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
f)       Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
g)      Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
h)      Makhluk yang berfikir. Berfikir adalah bertanya, bertanya berarti mencari jawaban, mencari jwaban berarti mencari kebenaran.[8]
                                                                    

C.    Fungsi pendidikan dalam kehidupan manusia perspektif Islam
Fungsi Dan Peranan Pendidikan Dalam Kehidupan Manusia
1.      Fungsi Pendidikan Dari Kacamata Barat
Melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kejayaan material dan profesion sosial yang memberi kesejahteraan kepada diri, industri dan Negara.
2.      Fungsi Pendidikan Menurut Pandangan Islam
Melahirkan individu-individu yg mencari keredhaan Allah SWT yakni baik, bermoral, berkualitas dan bermanfaat kepada dirinya, keluarganya, masyarakatnya, negaranya dan umat manusia di samping mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat
a.       Menurut al Syaibani fungsi pendidikan sebagai berikut:
1)      Fungsi berkaitan dengan individu, mencakupi perubahan pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani serta kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.
2)      Fungsi yangg berkaitan dengan masyarakat, mencakupi tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat dan memperkaya pengalaman masyarakat.
3)      Fungsi profesional yangg berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesion, seta sebagai kegiatan masyarakat.
b.      Menurut al Abrasyi fungsi pendidikan sebagai berikut:
1)      Pembinaan akhlak.
2)      Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat.
3)      Penguasaan ilmu.
4)      Keterampilan bekerja dalam masyarakat

c.       Menurut Asma Hasan Fahmi fungsi pendidikan sebagai berikut;
1.      Tujuan keagamaan
2.      Tujuan pengembangan akal dan akhlak
3.      Tujuan pengajaran kebudayaan
4.      Tujuan pembicaraan kepribadian
5.      Menurut Munir Mursi fungsi pendidikan adalah;
6.      Bahagia dunia dan akhirat.
7.      Menghambakan diri kepada Allah SWT
8.      Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat Islam.
9.      Akhlak mulia.
Peranan Pendidikan
1.      Pendidikan Untuk Mencapai Kemanusian Yang Ideal
Manusia dalam hidupnya selalu terkait dengan masa lalunya dan sekaligus mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian manusia berada dalam perjalanan hidup, dalam perkembangan dan pengembangan dirinya.Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan. Jadi manusia adalah makhluk yang perlu didik dan mendidik dirinya sendiri.
2.      Pendidikan Untuk Pengembangan Dimensi Kemanusian
Pendidikan di samping untuk mencapai manusia yang ideal, atau yang dicita-citakan, pendidikan juga diarahkan untuk pengembangan dimensi kemanusiaan, sehingga manusia bisa berkembang secara optimal. Pengembangan semua dimensi manusia yang optimal dan seimbang tentu akan mencapai harkat dan martabat manusia yang tinggi. Manusia yang seperti ini akan berteman dan bergaul dengan siapa saja, di mana saja dan dalam pekerjaan apa saja, serta akan mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat. Karena pendidikan tidak hanya untuk kebutuhan hidup yang baik di dunia saja, tetapi pendidikan yang meningkatkan derjat keimanan, ketakwaan, dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

3.      Pengembangan Masyarakat Melalui Pendidikan  Secara Sistemik
Pendekatan sistemik terhadap pengembangan melalui pendidikan adalah pendekatan di mana masyarakat tradisional sebagai input dan pendidikan sebagai suatu lembaga pendidikan masyarakat sebagai pelaksana proses pengembangan dan masyarakat yang dicita-citakan sebagai outputnya yang dicita-citakan. Menurut Ki Hajar Dewantara ada tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Dari ketetapan MPR No. 1!/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara kita mengetahui bahwa pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, pemerintah dan masyarakat.
Dari dua penjelasan tersebut di atas maka bentuk pendidikan dibagi menjadi tiga bentuk yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal (Undang-Undang nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pelaksanaan ketiga bentuk pendidikan adalah lembaga pemerintah, lembaga keluarga, lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan lain.
Proses pendidikan dari tiga bentuk pendidikan itu dipengaruhi oleh sistem politik dan ekonomi. Dengan adanya bermacam-macam jenis politik dan bermacam-macam kondisi ekonomi maka arah proses pendidikan akan bermacam-macam untuk masing-masing bentuk pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga, pemerintah, lembaga keagamaan dan lembaga-lembaga non-agama.[9]


BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Hakikat manusia menurut al-Qur’an ialah bahwa manusia itu terdiri dari unsur jasmani, unsur akal, dan unsur ruhani. Ketiga unsur tersebut sama pentingnya untuk di kembangkan. Sehingga konsekuensinya pendidikan harus di desain untuk mengembangkan jasmani, akal, dan ruhani manusia.
Bagi filsafat pendidikan penentuan sikap dan tanggapan tentang manusia merupakan hal yang amat penting dan vital. Sebab manusia merupakan unsur terpenting dalam usaha pendidikan. Tanpa tanggapan dan sikap yang jelas tentang manusia pendidikan akan merasa raba. Manusia mengalami proses pendidikan terus berlangsung sampai mendekati waktu ajalnya. Proses pendidikan adalah life long education yang dilihat dari segi kehidupan masyarakat dapat dikatakan ebagai proses yang tanpa akhir.
Menurut al Abrasyi fungsi pendidikan ialah Pembinaan akhlak, Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat, Penguasaan ilmu, dan Keterampilan bekerja dalam masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA

Miftah Ahmad Fathoni, Miftah. 2001. Pengantar Studi Islam. Semarang: Gunung Jati
Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II.  Jakarta: Bumi Aksara
Tafsir, Ahmad. 2001.  Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PTRemaja Rosdakarya
Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung: Remaja Rosdakarya
Zuhairini dan Abdul Ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang; UM Press
Nata, Abuddin. 2005. Filasafat Pendidikan Islam, Gama Media Pratama: Jakarta
Salam, Burhanuddin. 1998. Filsafat Manusia (antropologi metafisika). Jakarta: Bina  aksara
http://diporifaldo.blogspot.com/2013/12/makalah-pengantar-pendidikan.html, diakses pada: Selasa 02 Juni 2015 pukul: 05:34 WIB



[1] Burhanuddin Salam, Filsafat Manusia (antropologi metafisika), (Jakarta: Bina aksara, 1998), hal.20
[2] Abuddin Nata, MA, Filasafat Pendidikan Islam, Gama Media Pratama: Jakarta, (2005), hlm: 81
[4] Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2006), hlm 8
[5] Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang; UM Press, 2004), hlm. 1
[6] Ahmad Tafsir., Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya., 2001), hlm 31
[7] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 71-75
[8] Miftah Ahmad Fathoni, Pengantar Studi Islam, (Semarang:Gunung Jati,2001),hal.18
[9] http://diporifaldo.blogspot.com/2013/12/makalah-pengantar-pendidikan.html, diakses pada: Selasa 02 Juni 2015 pukul: 05:34 WIB

1 komentar on "Hakikat Manusia dan Pendidikan dalam Perspektif Islam"

Unknown on 5 Maret 2018 pukul 06.41 mengatakan...

saya copy ya

Posting Komentar


Got My Cursor @ 123Cursors.com
 

Rozaliha Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal